Misteri Nabi Khidir Dan Nasehatnya Kepada Nabi Musa

Assalamu'alaikum

Siapakah Nabi Khidir ?, Berikut Uraian Singkat Tentang Misteri Nabi Khidir Dan Nasehatnya Kepada Nabi Musa.

Sebagian masyarakat ada yang menganggap Nabi Khidir  sampai sekarang masih hidup. Siapa dan Bagaimanakah sejatinya Nabi Khidir itu?

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَا دِنَاۤ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

"lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami." (QS. Al-Kahf : Ayat 65)

Menurut jumhur mafassirin (mayoritas ahli tafsir) sejak dari Ibnu Abbas, Al-Thabari, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir sampai penafsir Ahmad Musthafa Al-Maraghi bahwa yang dimaksud keduanya pada ayat ini adalah Nabi Musa dan anak muda pengiringnya Yusya’ bin Nun. Sementara yang dimaksud seorang diantara hamba-hamba Kami adalah Nabi Khidir. Akan Tetapi Ahli tafsir yang lain seperti As-Syahid Sayid Quthb, penyusun tafsir fi dzilalil Qur’an tidak menyebut nama Khidir ketika menafsirkan ayat ini. Dia hanya menyebut-nyebut Al Abdus Shalih (hamba yang shalih) saja. Beliau berpendirian demikian sebab di dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah ini (QS Al-Kahfi 65-82) tidak pernah disebut nama Khidir, beliau merasa lebih baik membiarkan sosok ini tetap rahasia seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Siapakah Nabi Khidir?

Sosok Nabi Khidir yang menurut Jumhur Mufasirin sebagai Nabi yang dijadikan oleh Nabi Musa sebagai Gurunya, hal ini telah menimbulkan kontroversi di kalangan ulama sejak dahulu samapai sekarang. Khidir atau khadhir atau Khidhir berasal dari bahasa Arab yang artinya hijau. Menurut riwayat Mujahid apabila beliau sholat rumput-rumput kering yang disekelilingnya akan menjadi hijau. Segolongan orang terutama dari kalangan kaum Shufi mengatakan bahwa beliau masih hidup sampai sekarang. Banyak cerita lainnya, tetapi kebanyakan cerita tersebut berasal dari kisah-kisah Israiliyah. Dan tentang beliau masih hidup sampai sekarang bertentangan dengan ayat Al-Qur'an : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُـلْدَ ۗ اَفَاۡئِنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰـلِدُوْنَ

"Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad) maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?" (QS. Al-Anbiya: Ayat 34)

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِا لشَّرِّ وَا لْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِ لَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." (QS. Al-Anbiya : Ayat 35)

Imam Bukhari dan beberapa perawi hadis yang lain menegaskan Nabi Khidir telah wafat.

Nasihat  Khidir kepada Musa

Dari Umar bin Al-Khattab, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda, “ Saudaraku, Musa Alaihissalam berkata, Wahai Rabbi, tampakanlah kepadaku orang yang engkau tampakkan kepadaku di perahu”.

Allah menurunkan wahyu kepada Musa, ” Hai  Musa kamu  akan melihatnya”.

Tak berapa lama kemudian datang Khidir, dengan aroma yang harum dan mengenakan pakaian berwarna putih. Khidir berkata, “ Salam sejahtera atasmu wahai Musa bin Imran. Sesungguhnya Rabbmu menyampaikan salam kepadamu beserta rahmatNYa.

Foto ilustrasi

Musa berkata,” Dialah As-Salam dan  kepadaNya kesejahteraan serta dari Nya kesejahteraan. Segala puji bagi Allah Rabbul Alamin yang nikmat-nikmatNya tidak dapat kuhitung dan aku tidak dapat bersyukur kepada-Nya kecuali dengan petolonganNya. Kemudian Musa berkata, “Aku Ingin engkau memberiku nasihat dengan suatu nasihat yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadaku sepeninggalmu”.

Khidir berkata, ”Wahai pencari ilmu, sesungguhnya orang yang berbicara tidak lebih mudah jemu dari pada orang yang mendengarkan. Maka janganlah kau buat orang-orang yang ada disekitarmu menjadi jemu ketika engkau berbicara kepada mereka.

Ketahuilah bahwa hatimu merupakan bejana. Kenalilah dunia dan buanglah ia dibelakangmu, karena dunia bukan merupakan tempat tinggalmu, dan apa yang ditetapkan bagimu tidak ada di sana. Dunia dijadikan sebagai perantara hidup hamba, agar mereka mencari bekal darinya untuk tempat kembali. 

Hai Musa, letakkanlah dirimu pada kesabaran, tentu engkau akan selamat dari dosa. Wahai Musa, pusatkanlah minatmu pada ilmu kalau memang engkau menghendakinya. Sesungguhnya ilmu itu bagi orang yang berminat kepadanya. 

Janganlah engkau menjadi mudah kagum kepada perkataan yang disampaikan panjang lebar, karena banyak perkataan mendatangkan aib bagi orang yang berilmu dan dapat membocorkan rahasia yang mestinya ditutupinya. Tetapi semestinya engkau berkata sedikit karena yang demikian itu termasuk taufiq dan kebenaran. 

Berpalinglah dari orang bodoh dan bersikaplah secara lemah lembut terhadap orang yang dungu, karena yang demikian itu merupakan kelebihan para ahli hikmah dan hiasan orang-orang yang berilmu. Jika ada orang bodoh yang mencacimu , diamlah di depannya lalu menyingkir dari sisinya secara hati-hati karena kelanjutannya tetap menggambarkan kebodohannya terhadap  dirimu dan caciannya akan semakin bertambah gencar dan banyak. 

Wahai anak keturunan Imran, janganlah engkau terlihat memiliki ilmu kecuali hanya sedikit. Sesungguhnya asal keluar dan asal berbuat merupakan tindakan menceburkan diri kepada sesuatu yang tidak jelas dan memaksakan diri.

Wahai anak Imran janganlah sekali-kali engkau membukakan pintu yang tidak engkau ketahui untuk apa pintu itu ditutup dan jangan tutup pintu yang tidak engkau ketahui untuk apa ia di buka. 

Wahai anak Imran, siapa yang tidak berhenti dari dunia, maka dunia itu yang akan melahapnya. Mana mungkin seseorang menjadi ahli ibadah jika hasratnya kepada dunia tidak pernah habis? 

Siapa yang menghinakan keadaan dirinya dan membuat tuduhan terhadap Allah tentang apa yang ditakdirkan baginya, mana mungkin akan menjadi orang zuhud?. Adakah orang yang telah dikalahkan hawa nafsunya akan berhenti dari syahwat?. Mana mungkin pencarian ilmu masih bermanfaat bagi orang yang dipagari kebodohan?. Perjalanan akan menunjukkan ke akhirat dengan meninggalkan dunia . 

Wahai Musa belajarlah dari apa yang engkau amalkan agar engkau mengamalkannya dan janganlah engkau menampakkan amalmu agar disebut-sebut, sehingga engkau mendapat kerusakan dan orang lain mendapat cahaya.

Wahai anak Imran, jadikanlah zuhud dan taqwa sebagai pakaianmu, jadikanlah ilmu dan zikir sebagai perkataanmu, karena yang demikian itu membuat Rabbmu ridho. Berbuatlah kebaikan karena engkau juga harus melakukan yang lainnya. Engkau telah mendapatkan nasihatnya jika engkau menghafalkannya”.

Setelah itu Khidir berbalik meninggalkannya, sehingga tinggal sendirian Musa dalam keadaaan sedih. Diriwayatkan Ath-Thbrany dalam Al-Ausath, di dalamnya ada Zakaria bin Yahnya Al-Wafad, yang didhoifkan tidak hanya oleh satu orang, Ibnu Hibband dalam At-Tsiqat. Dia menyebutkan bahwa dia salah dalam  kemaushullannya. 

Yang benar, didalamnya ada riwayat dari Sufyan Ats-Tsaury, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakannya, dan rijal yang lainnya tsiqat. Majma”Az Zawa’id, 10/224)

Hikmah dari kisah Khidir dan Musa

AI-Imam Fakhrur Razi mengatakan,” Ketahuilah, ayat :

قَا لَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰۤى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

"Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"" (QS. Al-Kahf : Ayat 66)

Menunjukan bahwa Nabi Musa memperhatikan adab serta tata cara yang cukup banyak dan lunak ketika ingin belajar dari Nabi Khidir. Tata cara tersebut :

Nabi Musa merendahkan dirinya dengan bertanya secara halus, “Apakah engkau mengizinku untuk  mengikutimu? .Padahal kita tahu Nabi Musa adalah seorang Nabi Ulul Azmi yang pernah bercakap-cakap dengan Allah dan memimpin Bani Israil. Dia pula satu-satunya Nabi yang disebut namanya dalam Al-Qur’an sebanyak 300 Kali.

Kemudian nabi Musa mengatakan “Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar”. Ini membuktikan kepribadian luhur dan sifat tawadhu untuk  mengakui akan kebodohan dirinya di hadapan sang Guru.

Hikmah kisah ini juga menyampaikan salah satu etika dalam menuntut ilmu (Al-Qur’an) adalah bahwa ilmu harus dicari dari sumbernya. Ia harus didatangi walau jauh tempatnya dan kesulitan  dalam menempuhnya. Dan Nabi Musa mencontohkan bagaimana ia walaupun seorang Nabi pilihan (ulul azmi) yang sekaligus pemimpin , siap menempuh suatu perjalanan untuk mencari ilmu.

➵Rujukan dari kitab Khutbah-khutbah Rasulullah, penulis Muhammad Khalil Al-Khatib.

Demikian penjelasan singkat tentang Misteri Nabi Khidir Dan Nasehatnya Kepada Nabi Musa.

Mohon ma'af jika ada salah kata maupun bahasa penulisan. Semoga bermanfa'at

Wassalamu'alaikum.

Posting Komentar

0 Komentar