Bab 351 - 372


۞ BAB 351 ۞

Larangan Berberak Di Jalanan Orang-orang — Yakni Tempat Mereka Berlalu Lintas —, juga Di Tempat Mereka Berteduh Dan Di Tempat Mendatangi Air — Sumber-sumber Air — Dan Yang Seumpamanya

 

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menyakiti - yakni mengganggu - orang- orang mu'min, baik lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu kesalahan yang mereka perbuat, maka orang-orang yang menyakiti itu sungguh-sungguh telah menanggung kedustaan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

1768. Dari Abu Hurairah r.a. bahewasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Takutlah engkau semua pada dua perkara yang melaknat," yakni menyebabkan orang yang melakukannya itu dilaknat oleh orang banyak. Para sahabat berkata: "Apakah dua perkara yang melaknat itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Iaitu yang menyendiri - maksudnya buang air besar atau kecil - di jalan orang-orang atau di tempat mereka berteduh." (Riwayat Muslim)



۞ BAB 352 ۞

Larangan Kencing Dan Sebagainya Di Air Yang Berhenti — Yakni Tidak Mengalir —

 

1769. Dari Jabir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. melarang kalau air yang berhenti - yakni yang tidak mengalir - itu dikencingi. (Riwayat Muslim)



۞ BAB 353 ۞

Makruhnya Mengutamakan Seseorang Anak Melebihi Anak-anak Yang Lainnya Dalam Hal Menghibahkan — Yakni Memberikan Sesuatu

 

1770. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma bahawasanya ayahnya datang kepada Rasulullah s.a.w. dengan membawa- nya juga - yakni membawa an-Nu'man, lalu ayahnya itu berkata: 'Sesungguhnya saya memberikan seseorang bujang - hamba sahaya -kepada anakku ini. Hamba sahaya itu adalah milik saya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah semua anakmu itu juga engkau beri semacam yang engkau berikan pada anak ini?" Ayah menjawab: 'Tidak." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: "Kalau begitu tariklah kembali." Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau berbuat sedemikian ini dengan semua anakmu?" Ayah menjawab: "Tidak." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersikap adillah dalam urusan anak-anakmu!" Ayah saya kembali lalu menarik lagi sedekah itu. Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah semua anakmu itu engkau beri hibah seperti anak ini?" Ayah berkata: "Tidak." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, janganlah engkau mempersaksikan kepada saya - yakni jangan menggunakan saya sebagai saksi, sebab sesungguhnya saya tidak akan suka menyaksikan atas dasar kecurangan." Dalam riwayat lain pula disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau menggunakan saya sebagai saksi atas sesuatu kecurangan." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Persaksikan sajalah kepada orang selain saya," kemudian beliau s.a.w. bersabda pula: "Adakah engkau merasa senang jikalau kebaktian anak-anakmu kepadamu itu sama keadaannya?" Ayah menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Kalau begitu, jangan diteruskan-yakni memberi seseorang anak tanpa anak-anak yang lain." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 354 ۞

Haramnya Berkabung — Meninggalkan Berhias — Bagi Seseorang Wanita Atas Meninggalnya Mayat Lebih Dari Tiga Hari, Kecuali Kalau Yang Meninggal Itu Suaminya, Maka Berkabungnya Selama Empat Bulan Sepuluh Hari

 

1771. Dari Zainab binti Abu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya masuk ke tempatnya Ummu Habibah, iaitu isterinya Nabi s.a.w. ketika ayahnya iaitu Abu Sufyan bin Harb meninggal dunia. Ummu Habibah meminta harum-haruman - seperti minyak wangi dan sebagainya -yang berwarna kuning kerana keaslian kejadiannya atau kuning kerana lainnya - dengan dicampuri bahan penguning dalam membuatnya. la meminyaki seseorang jariyah - gadis - lalu mengenakannya pada pipinya sendiri, kemudian ia berkata: "Demi Allah, saya sebenarnya tidak memerlukan pada harum-haruman ini, hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbar: "Tidak halallah bagi seseorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir itu kalau ia berkabung - dengan meninggalkan berhias dan sebagainya - kerana meninggal seorang mayat lebih dari tiga hari, kecuali kalau yang meninggal dunia itu ialah suaminya, maka berkabungnya itu adalah selama empat bulan sepuluh hari." Zainab - yang meriwayatkan Hadis ini - berkata lagi: "Selanjut-nya saya pernah masuk ke tempat Zainab binti Jahsy radhiallahu 'anha ketika saudaranya yang lelaki meninggal dunia. la meminta harum-haruman lalu mengenakan sekadarnya dari harum-haruman itu, kemudian ia berkata: "Sebenarnya, demi Allah saya tidak memerlukan menggunakan harum-haruman ini, hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbar: "Tidak halallah bagi seseorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kalau ia berkabung - dengan meninggalkan berhias dan sebagainya - kerana meninggalnya seseorang mayat, lebih dari tiga hari, kecuali kalau yang meninggal dunia itu adalah suaminya, maka berkabungnya itu adalah selama empat bulan sepuluh hari." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 355 ۞

Haramnya Menjualkannya Orang Kota Pada Miliknya Orang Desa Dan Menyongsong Penjual Di Atas Kenderaan, Juga Haramnya Menjual Atas Jualan Saudaranya — Sesama Muslim —, Jangan Pula Melamar Atas Lamaran Saudaranya, Kecuali Kalau la Mengizinkan Atau la Ditolak Lamarannya

 

1772. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. melarang kalau seseorang kota itu menjualkan untuk seseorang desa, sekalipun ia adalah saudaranya seayah dan seibu." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Orang kota menjual untuk orang desa itu maksudnya ialah umpama saja orang desa itu datang pada orang kota dengan membawa barang-barang yang diperlukan oleh umum. la meminta kepada orang kota supaya barang-barangnya itu dijualkan olehnya dengan harga menurut pasaran pada hari itu. Kemudian orang kota itu berkata padanya: "Biarkan di tempat saya sini saja untuk saya jualnya dengan perlahan-lahan." Cara inilah yang diharamkan sebab merugikan orang desa tersebut.

Tetapi kalau orang desa itu datang dengan membawa barang-barang yang kurang diperlukan oleh umum atau sekalipun banyak diperlukan umum, tetapi memang kemahuan orang desa itu sendiri meminta supaya dijualkan dengan perlahan-lahan, kemudian orang kota berkata: "Saya akan mengurus penjualan itu untukmu," atau ia berkata: "Serahkan sajalah penjualannya itu dengan mengikuti harga pada saat terjualnya," maka yang sedemikian ini tidak haram sama sekali.

1773. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua menyongsong kedatangan barang-barang dagangan sehingga ia diturunkan di pasar-pasar." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Menyongsong barang dagangan, maksudnya ialah sebelum orang yang memilikinya itu mengetahui harga pasaran, lalu ia membeli barang-barangnya tadi tanpa adanya permintaan dari-padanya. Hal ini sama haramnya, apakah maksud pembeli itu dengan niat menyongsong atau tidak, seperti seseorang yang sedang berburu lalu melihat orang yang datang dari pedalaman dengan membawa dagangan, kemudian membelinya dengan harga yang lebih rendah dari pasaran, padahal pembeli itu mengetahui dan penjual tidak mengetahui akan harga pasaran itu.

1774. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua menyongsong di atas kenderaan -yakni sebelum pemiliknya mengetahui harga pasar, lihat keterangan Hadis 1773 - dan jangan pula seseorang kota menjualkan untuk orang desa - lihat keterangan Hadis 1772." Thawus lalu berkata: "Apakah maknanya jangan seseorang kota menjualkan untuk orang desa itu?" Ibnu Abbas menjawab: "Iaitu janganlah orang kota menjadi makelar menjualkannya - yakni menjualnya perlahan-lahan dan harganya menurut harga hari itu." (Muttafaq 'alaih)

1775. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. melarang kalau orang kota menjualkan untuk orang desa - lihat keterangan Hadis 1772. Janganlah pula engkau sekalian icuh-mengicuh - lihat keterangan Hadis 1567, juga janganlah seseorang itu menjual atas jualan saudaranya - sesama Muslim - dan jangan pula ia melamar pada wanita yang dilamar oleh saudaranya-sesama Muslim. Jangan pula seseorang wanita minta diceraikannya saudari-nya - yakni sesama wanita, dengan maksud ia akan suka menjadi pencukup apa yang diwadahnya - yakni menjadi ganti dari isteri yang diceraikan tadi.

Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah s.a.w. melarang menyongsong dagangan di jalan, juga kalau seseorang muhajir - yakni orang kota-menjualkan untuk orang A'rab - yakni orang desa - dan kalau seseorang wanita meminta syarat untuk diceraikannya saudarinya - misalnya sewaktu ia akan dikahwin, lalu suka menerimanya dengan syarat bahawa nanti madunya itu akan diceraikan oleh suaminya, juga melarang kalau seseorang itu melebihkan harga dari harga saudaranya – sesama Muslim. Demikian pula beliau s.a.w. melarang pengicuhan dan tashriah - iaitu membiarkan binatang perahan tidak diperah dulu supaya banyak air susunya, sehingga menimbulkan kesukaan bagi orang yang menginginkan membelinya. (Muttafaq 'alaih)

1776. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah sebahagian dari engkau semua itu menjual atas penjualan sebahagian yang lainnya, jangan pula melamar atas lamaran saudaranya - sesama Muslim - kecuali kalau orang ini mengizinkan padanya." (Muttafaq 'alaih)

Ini adalah lafaznya Imam Muslim.

1777. Dari Uqbah bin 'Amir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min itu adalah saudaranya orang mu'min, maka tidak halallah kalau ia menjual atas jualan saudaranya itu dan jangan pula melamar atas lamaran saudaranya, sehingga saudaranya ini meninggalkan lamarannya - misalnya mengurungkan atau memberinya izin." (Riwayat Muslim)



۞ BAB 356 ۞

Larangan Menyia-nyiakan Harta Yang Tidak Di Dalam Arah-arah Yang Diizinkan Oleh Syari'at Dalam Membelanjakannya

 

1778. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu redha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara pula. Allah redha untukmu semua, jikalau engkau semua menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu denganNya dan jikalau engkau semua berpegang teguh dengan agama Allah dengan bersama-sama -penuh rasa persatuan - dan engkau semua tidak bercerai-berai. Allah benci untukmu semua akan qif dan qal - dikatakan dari sini mengatakan ke sana yakni huraian yang tidak ada kepastian benarnya, juga banyaknya pertanyaan serta menyia-nyiakan harta."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sudah lalu huraian Hadis ini lihat Hadis no. 108.

1779. Dari Warrad, penulis al-Mughirah, katanya:" Al-Mughirah bin Syu'bah mendiktekan kepada saya dalam suratnya yang di-sampaikan kepada Mu'awiyah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. itu mengucapkan setiap habis mengerjakan shalat yang diwajibkan, iaitu - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya.  BagiNya pulalah segala kerajaan dan segenap puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tiada yang dapat menolak terhadap apa yang telah Engkau kurniakan dan tidak ada yang kuasa memberi terhadap apa yang telah Engkau tolak dan tidak bergunalah kekayaan itu kepada orang yang memilikinya dari siksaMu."

Selain itu ditulisnya pula suratnya kepada Mu'awiyah itu bahawasanya Nabi s.a.w. melarang dari qil wa qal - yakni: dari si Anu dan kata si Anu, iaitu kata-kata tanpa kepastian benarnya, juga melarang menyia-nyiakan harta, memperbanyak pertanyaan. Beliau s.a.w. melarang pula berani pada para ibu, menanam anak-anak perempuan hidup-hidup dan mencegah - yakni tidak melaksanakan - apa-apa yang wajib atas dirinya serta meminta apa-apa yang bukan miliknya." (Muttafaq 'alaih)

Hadis ini sudah lalu huraiannya - lihat Hadis no. 340.



۞ BAB 357 ۞

Larangan Beri syarat Kepada Seorang Muslim Dengan Menggunakan Pedang Dan Sebagainya Baik pun Secara Sungguh-sungguh Atau Senda gurau Dan Larangan Memberikan Pedang Dalam Keadaan Terhunus

 

1780. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang itu berisyaratkan kepada saudaranya dengan menggunakan pedang, sebab sesungguhnya ia tidak mengetahui barangkali syaitan menusukkan apa yang di tangannya itu - pada saudaranya tadi, sehingga menyebabkan ia terjerumus dalam lubang neraka." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Abul Qasim - yakni Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang berisyarat kepada saudaranya dengan menggunakan besi, maka sesungguhnya para malaikat melaknatinya sehingga ia melemparkannya, sekalipun yang diberi isyarat itu adalah saudara seayah dan seibu." Sabdanya s.a.w.: Yanzi'a, ditulis dengan 'ain muhmalah serta kasrahnya zai, ada pula yang dengan ghain mu'jamah serta fathah-nya zai, maknanya berdekatan. Dengan 'ain muhmalah ertinya melempar dan dengan mu'jamah ertinya melempar dan merosakkan asal kata annaz'u itu ertinya ialah menusuk dan merosakkan.

1781. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. melarang kalau pedang itu diberikan - atau diterima - dalam keadaan terhunus." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.



۞ BAB 358 ۞

Makruhnya Keluar Dari Masjid Sesudah Azan Kecuali Kerana Uzur, Sehingga Melakukan Shalat Yang Diwajibkan

 

1782. Dari Abu sysya'tsa, katanya: "Kita semua duduk-duduk bersama Abu Hurairah r.a. dalam masjid, lalu muadzdzin berazan, kemudian ada seorang lelaki berdiri dari masjid dan terus berjalan. Abu Hurairah mengikuti orang tersebut dengan pandangan matanya sehingga keluarlah orang tadi dari masjid. Abu Hurairah lalu berkata; "Orang itu benar-benar telah bermaksiat - yakni menyalahi ajaran - Abul Qasim - yakni Nabi Muhammad s.a.w." (Riwayat Muslim)



۞ BAB 359 ۞

Makruhnya Menolak Harum-haruman Tanpa Adanya Uzur

 

1783. Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ditawarkan kepadanya suatu harum-haruman maka janganlah ia menolaknya, sebab sesungguhnya harum-haruman itu ringan bawaannya serta harum baunya." (Riwayat Muslim)

1784. Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. tidak pernah menolak kalau ditawari harum-haruman. (Riwayat Bukhari)



۞ BAB 360 ۞

Makruhnya Memuji Di Muka Orang Yang Dipuji Jikalau Dikhuatirkan Timbulnya Kerosakan Padanya Seperti Menimbulkan Rasa Kehairanan Pada Diri Sendiri Dan Sebagainya, Tetapi Jawaz - Yakni Boleh - Bagi Seseorang Yang Aman Hatinya Dari Perasaan Yang Sedemikian Itu Jikalau Menerima Pujian Pada Dirinya

 

1785. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mendengar seseorang lelaki memuji pada orang lelaki lain dan mempersangat-kan dalam memujinya itu, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Engkau telah merosakkan orang itu atau engkau telah me-matahkan punggung orang itu." (Muttafaq 'alaih)

A l - I t h r a ' ertinya bersangatan dalam memberikan pujian.

1786. Dari Abu Bakrah r.a. bahawasanya ada seseorang lelaki disebut-sebut namanya di sisi Nabi s.a.w., lalu ada orang lelaki lain memujinya dengan menunjukkan kebaikannya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Celaka engkau, engkau telah mematahkan leher-nya." Beliau s.a.w. mengucapkan ini berulang-ulang. Selanjutnya sabdanya lagi: "Jikalau seseorang di antara engkau semua perlu harus memuji, maka hendaklah mengatakan: "Saya kira ia adalah demikian,demikian,apabila memang orang itu diketahuinya benar-benar seperti itu, sedang yang kuasa memperhitungkan amalannya adalah Allah jua dan tiadalah seseorang itu akan dianggap suci oleh Allah - hanya disebabkan banyaknya pujian yang diperolehnya dari orang-orang." (Muttafaq 'alaih)

1787. Dari Hammam bin al-Harits dari al-Miqdad r.a. bahawasanya ada seseorang lelaki yang sedang memuji Usman r.a., lalu al-Miqdad menuju tempat orang tadi, kemudian berjongkok atas kedua lututnya dan mulailah melempari orang itu dengan kerikil di mukanya. Usman lalu berkata padanya: "Mengapa engkau berbuat demikian?" Al-Miqdad menjawab: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua melihat orang-orang yang suka memuji, maka lemparkanlah tanah pada muka mereka itu." (Riwayat Muslim)

Hadis-hadis di atas itu menunjukkan larangan memberikan pujian. Tetapi ada pula Hadis-hadis yang banyak sekali jumlahnya dan shahih-shahih yang menerangkan bolehnya memberikan pujian itu. Para alim-ulama berkata: "Jalan mengumpulkan antara Hadis-hadis di atas - yang melarang dan yang membolehkan - ialah: Jikalau orang yang dipuji itu memiliki keimanan yang sempurna dan keyakinan yang baik, serta jiwa yang terlatih, demikian pula pengetahuan yang sempurna, sehingga tidak dikhuatirkan akan timbulnya fitnah dalam jiwanya sendiri apabila menerima pujian, juga tidak tertipu hatinya dengan demikian itu, malahan kalbunya tidak juga dapat dipermainkan dengan ucapan pujian tersebut, maka terhadap orang yang semacam ini pujian itu tidaklah haram dan tidak pula makruh. Tetapi jikalau dikhuatirkan akan adanya sesuatu dari perkara-perkara yang tersebut di atas, maka memuji itu adalah dimakruhkan di muka orang tersebut dengan kemakruhan yang sangat.

Dengan cara pemisahan sebagaimana di atas itu diturunkannya beberapa Hadis yang berselisihan tujuannya itu. Di antara Hadis-hadis yang menunjukkan bolehnya memuji itu ialah sabdanya Nabi s.a.w. kepada Abu Bakar r.a.: "Saya harap anda termasuk golongan orang-orang itu - yakni yang dapat diundang dari segala macam pintu syurga, lihat Hadis no. 1213 - untuk dapat masuk dari semuanya itu. Dalam Hadis Iain disebutkan: "Engkau bukan golongan orang-orang itu," yakni bukan golongan orang-orang yang melemberehkan sarungnya kerana ada tujuan kesom-bongan - lihat Hadis no. 788.

Demikian pula sabda Rasulullah s.a.w. kepada Umar r.a.: "Tidaklah syaitan itu melihat anda menempuh sesuatu jalan, melainkan ia akan menempuh jalan selain dari jalan yang anda lalui." Jadi Hadis-hadis mengenai bolehnya memberikan pujian itu banyak sekali dan sudah saya sebutkan sebahagian dari petikan-petikannya dalam kitab al-Adzkar - yang dikarang oleh Imam an- Nawawi pula.



۞ BAB 361 ۞

Makruhnya Keluar Dari Sesuatu Negeri Yang Dihinggapi Oleh Wabak Penyakit Kerana Hendak Melarikan Diri Daripadanya Serta Makruhnya Datang Di Negeri Yang Dihinggapi Itu

 

Allah Ta'ala berfirman: "Di mana saja engkau semua berada, tentu akan dicapai oleh kematian, sekalipun dalam benteng-benteng tinggi dan kokoh penjagaannya." (an-Nisa': 78) Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan janganlah engkau semua menjerumuskan dirimu sendiri dalam kerosakan - yakni kebinasaan." (al-Baqarah: 195)

1788. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya Umar bin al Khaththab r.a. keluar berpergian ke Syam (Palestina), sehingga di waktu ia datang di Sarghu, dijemputlah ia oleh para pembesar tentera, iaitu Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan kawan-kawannya lalu mereka memberitahukan padanya bahawa di Syam timbul wabah penyakit tha'un - yakni kolera. Ibnu Abbas berkata: "Umar lalu berkata padaku: "Panggilkan-lah ke mari orang-orang dari golongan kaum muhajirin yang pertama kali - yakni orang-orang yang dahulu mengikuti jejak Rasulullah s.a.w. ketika berpindah dari Makkah ke Madinah." Saya mengundang mereka, lalu Umar meminta musyawarat - pertimbangan - dari mereka itu dan memberitahukan kepada mereka bahawa di Syam timbul wabah penyakit tha'un. Kaum muhajirin sama berselisih pendapat. Sebahagian dari mereka berkata: "Anda keluar untuk melaksanakan sesuatu perkara dan kita tidak mempunyai pendapat untuk menyetujui anda kembali."

Sebahagian dari mereka ada pula yang berkata: "Bersama anda ini juga banyak manusia yang Iain-Iain, juga para sahabat Rasulullah s.a.w. dan kita tidak ber-pendapat untuk menyetujui bahawa anda akan mengajukan mereka itu untuk menjadi umpan wabah penyakit tersebut." Umar lalu berkata: "Sekarang menyingkirlah dari tempatku ini!" Selanjutnya ia berkata: "Panggilkanlah ke mari orang-orang dari golongan kaum Anshar - yakni yang membela Rasulullah s.a.w. sedatangnya di Madinah dari Makkah."

Saya memanggil mereka, lalu Umar meminta musyawarah kepada mereka dan mereka ini menempuh jalan sebagaimana halnya kaum muhajirin dan mereka berselisih pendapat seperti juga kaum muhajirin tadi. Umar lalu berkata: "Sekarang menyingkirlah dari tempatku ini!" Seterusnya ia berkata: "Panggilkanlah ke mari orang-orang tua Quraisy dari golongan orang-orang yang berpindah sehabis dibebaskannya Makkah." Mereka saya panggil, kemudian ada dua orang yang tidak menyalahi akan pendapatnya - yakni hendak kembali. Mereka berkata: "Kita berpendapat supaya anda pulang saja dengan semua orang dan janganlah mengajukan mereka untuk menjadi umpan wabah penyakit itu." Umar kemudian berseru kepada seluruh manusia, katanya: "Sesungguhnya saya akan berpagi-pagi menaiki kenderaan - untuk kembali ke Madinah, maka dari itu supaya anda sekalian juga berpagi-pagi berangkat kembali." Abu Ubaidah bin al-Jarrah r.a. berkata: "Adakah anda kembali itu kerana lari dari takdir Allah?" Umar r.a. berkata: "Alangkah baiknya kalau selain anda yang mengeluarkan pembicaraan seperti itu, hai Abu Ubaidah."

Umar memang tidak senang kalau Abu Ubaidah menyalahi pendapatnya-iaitu hendak kembali, lalu Umar berkata: "Ya, kita memang lari dari takdir Allah untuk menuju kepada takdir Allah pula. Tahukah anda, andaikata anda mempunyai seekor unta lalu ia turun di suatu jurang yang di kanan kirinya ada tepi berupa lembah. Lembah yang satu subur, sedang yang lainnya tandus. Tidakkah kalau unta itu ter-gembala di lembah yang subur, maka ia pun tergembala dengan takdir Allah dan kalau pun ia tergembala di lembah yang tandus, ia pun tergembala dengan takdir Allah pula?" Ibnu Abbas berkata: "Selanjutnya datanglah Abdur Rahman bin Auf r.a. la di waktu itu sedang tidak ada kerana mengurusi sesuatu hajatnya sendiri. la kemudian berkata: "Sesungguhnya saya mempunyai pengetahuan mengenai persoalan ini. Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua mendengar adanya wabah tha'un itu di sesuatu negeri, maka janganlah engkau semua datang di tempat itu. Tetapi jikalau wabah itu hinggap di sesuatu negeri, sedang engkau semua sedang berada di situ, maka janganlah engkau semua keluar dari negeri itu." Umar r.a. lalu memuji syukur kepada Allah Ta'ala dan terus berangkat kembali pulang - ke Madinah." (Muttafaq 'alaih)

Al'Udwah ialah tepi jurang.

1789. Dari Usamah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau engkau semua mendengar menjangkitnya tha'un - kolera - di sesuatu negeri, maka janganlah engkau semua masuk ke situ tetapi apabila ia berjangkit di sesuatu negeri dan engkau semua sedang berada di situ, maka janganlah engkau semua keluar dari negeri tersebut." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 362 ۞

Memperkeras Keharamannya Sihir

 

Allah Ta'ala berfirman: "Sulaiman itu tidaklah kafir, tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada seluruh manusia," sampai habisnya ayat. (al-Baqarah: 102)

1790. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jauhilah olehmu semua akan tujuh hal yang merosakkan." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah tujuh macam hal yang merosakkan itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu menyekutukan sesuatu dengan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, melainkan dengan dasar kebenaran - menurut ketentuan-ketentuan Agama Islam, makan harta riba, makan harta anak yatim, mundur ke belakang di saat berkecamuknya peperangan serta mendakwa para wanita yang muhshan, mu'min lagi lalai - dengan dakwaan berzina." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 363 ۞

Larangan Berpergian Dengan Membawa Mushhaf - Yakni Kitab Suci Al-Quran - Ke Negeri Orang-orang Kafir, Jikalau Dikhuatirkan Akan Jatuhnya Mushhaf Itu Di Tangan Mereka

 

1791. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. melarang kalau al-Quran itu dibawa berpergian ke negeri musuh." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 364 ۞

Haramnya Menggunakan Wadah Yang Terbuat Dari Emas Dan Wadah Dari Perak Untuk Makan, Minum, Bersuci Dan Macam-macam Penggunaan Yang Lain- lain

 

1792. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seseorang yang minum dari wadah yang terbuat dari perak itu, hanyasanya ia memasukkan api neraka Jahanam dalam perutnya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan "Sesungguhnya orang yang makan atau minum dalam wadah yang terbuat dari emas dan perak - itu sebenarnya memasukkan api Jahanam dalam perutnya."

1793. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. itu melarang kita dari mengenakan sutera tebal dan sutera tipis, juga minum dalam wadah yang terbuat dari emas dan perak." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Semuanya itu untuk mereka - orang-orang kafir - di dunia dan untukmu semua nanti di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Shahih-shahih Imam-imam Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mengenakan sutera tebal atau sutera tipis dan janganlah pula engkau semua minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak dan janganlah makan dari piring emas dan perak itu."



۞ BAB 365 ۞

Haramnya Seseorang Lelaki Mengenakan Pakaian Yang Dibubuhi Minyak Za'faran

 

1795. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. melarang kalau seseorang lelaki itu berpakaian dengan dibubuhi minyak za'faran." (Muttafaq 'alaih)

1796. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. melihat saya mengenakan dua baju yang disumba dengan ashfar-kuning warnanya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Adakah ibumu yang menyuruhmu mengenakan pakaian ini?" Saya berkata: "Apakah saya cuci saja kedua pakaian ini - supaya luntur warnanya? Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Bahkan bakar sajalah keduanya itu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya pakaian macam ini adalah dari golongan pakaian - pakaiannya orang-orang kafir, maka janganlah engkau mengenakannya." (Riwayat Muslim)



۞ BAB 366 ۞

Larangan Berdiam - Tidak Berbicara Sehari Sampai Malam

 

1797. Dari Ali r.a., katanya: "Saya menghafal Hadis dari Rasulullah s.a.w., iaitu sabdanya: "Tidak ada keyatiman apabila telah bermimpi - maksudnya sudah akil baligh - dan tidak boleh berdiam - tidak berbicara - sehari sampai malam." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Al-Khaththabi berkata dalam menafsiri Hadis ini, demikian: "Termasuk golongan salah satu di antara cara ibadat di zaman Jahiliyah ialah berdiam diri - yakni tidak berbicara. Lalu mereka itu dilarang berbuat demikian dalam Islam dan diperintah untuk berzikir serta bercakap-cakap dengan baik-baik."

1798. Dari Qais bin Abu Hazim, katanya: "Abu Bakar as-Shiddiq masuk ke tempat seorang wanita dari suku Ahmas dan bernama Zainab. la melihat wanita itu tidak bercakap-cakap, lalu ia berkata: "Mengapa wanita itu tidak bercakap-cakap." Orang-orang berkata: "la sengaja berdiam diri - tidak bercakap-cakap." Kemudian Abu Bakar berkata kepada wanita itu: "Berbicaralah engkau, sebab kelakuan sedemikian itu tidak halal. Ini adalah dari kelakuan orang Jahiliyah." Selanjutnya wanita itupun berbicaralah. (Riwayat Bukhari)



۞ BAB 367 ۞

Haramnya Seseorang Mengaku Nasab - Atau Keturunan - Dari Seseorang Yang Bukan Ayahnya Dan Mengaku Diperintah Oleh Orang Yang Bukan Walinya - Yakni Yang Tidak Berhak Memerdekakannya

 

1799. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengaku - sebagai nasab atau keturunan - kepada orang yang bukan ayahnya, sedang ia mengetahui bahawa orang itu memang bukan ayahnya, maka syurga adalah haram atasnya." (Muttafaq 'alaih)

1800. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah engkau semua membenci kepada ayahmu sendiri - sehingga mengaku orang lain sebagai ayahnya, kerana barangsiapa yang membenci ayahnya sendiri, maka perbuatan itu menyebabkan kekafiran," yakni dapat kafir kalau meyakinkan bahawa perbuatan- nya itu halal menurut agama atau dapat diertikan kafir yakni menutupi hak ayahnya atas dirinya sendiri. (Muttafaq 'alaih)

1801. Dari Yazid bin Syarik bin Thariq, katanya: "Saya melihat Ali r.a. di atas mimbar dan saat itu ia sedang berkhutbah. Saya mendengarkannya. la berkata: "Tidak ada, demi Allah. Kita tidak mempunyai kitab yang perlu kita baca, melainkan Kitabullah -yakni al-Quran - dan apa-apa yang terdapat dalam lembaran ini." Selanjutnya Ali membeberkan lembaran itu, di dalamnya terdapat persoalan umur-umur unta dan catatan-catatan hal-hal mengenai soal luka-melukai. Di dalamnya terdapat pula sabdanya Rasulullah s.a.w., demikian: "Madinah adalah tanah suci, iaitu antara daerah 'Air sampai Tsaus - nama sebuah gunung kecil. Barangsiapa yang melakukan sesuatu kesalahan di situ - seperti membuat kebid'ahan atau mengerjakan tindak kezaliman atau apa-apa yang menyakiti kaum Muslimin - atau memberi tempat kepada orang yang melakukan kesalahan tadi, maka atas orang itu adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya. Pertanggungan terhadap diri kaum Muslimin itu adalah satu - yakni sama haknya, berlaku pula kepada orang yang terendah di kalangan mereka itu mengenai pertanggungan tadi. Maka barangsiapa yang mengacaukan keamanan seseorang Muslim, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya. Selanjutnya barangsiapa yang mengaku bernasab atau berketurunan dari seseorang yang selain ayahnya atau menisbahkan dirinya kepada seseorang yang bukan walinya - yakni yang tidak berhak untuk memerdekakan dirinya, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak menerima amalan wajib atau sunnahnya." (Muttafaq 'alaih)

Dzimmatul Muslimin, yakni janji pertanggungan terhadap mereka serta amanat mereka. Akhfarahu ertinya merosakkan janji -atau mengacaukan keamanan. Ashsharfu ialah taubat - dan ada yang mengatakan ertinya itu ialah amalan wajib, ada lagi yang mengerti-kan tipudaya. Adapun Al'adlu ertinya ialah tebusan - dan ada yang memberi erti: amalan sunnah.

1802. Dari Abu Zar r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang pun yang mengaku bernasab atau berketurunan kepada seseorang yang selain ayahnya, sedangkan ia mengetahui akan hal itu, melainkan kafirlah ia - lihat erti kafir dalam Hadis no. 1800. Dan barangsiapa yang mengaku sesuatu yang bukan miliknya, maka ia tidaklah termasuk golongan kita - kaum Muslimin - dan hendaklah ia menduduki tempat dari neraka. Juga barangsiapa yang mengundang seseorang dengan sebutan kekafiran atau ia berkata bahawa orang itu musuh Allah, sedangkan orang yang dikatakan tadi sebenarnya tidak demikian, melainkan kembalilah - kekafiran atau sebutan musuh Allah - itu kepada dirinya sendiri." (Muttafaq'alaih)

Ini adalah lafaz dalam riwayat Imam Muslim.



۞ BAB 368 ۞

Menakut-nakuti Dari Mengumpulkan Apa-apa Yang Dilarang Oleh Allah 'Azza Wa Jalla Serta Oleh Rasulullah s.a.w.

 

Allah Ta'ala berfirman: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah itu takut, jangan sampai mereka ditimpa oleh fitnah ataupun terkena siksa yang pedih." (an- Nur: 63)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Allah menakut-nakuti engkau semua, supaya engkau semua mengerjakan kewajibanmu terhadap Allah itu sendiri." (ali-lmran: 30)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya siksa Tuhanmu itu adalah amat kerasnya." (al-Buruj: 12)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan demikianlah hukuman Tuhanmu apabila Dia memberi hukuman pada negeri-negeri yang penduduknya melakukan kezaliman - yakni kesalahan, sesungguhnya hukuman Tuhan itu adalah pedih dan sangat." (Hud: 102)

1803. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah itu ialah apabila seseorang manusia itu mendatangi apa-apa yang diharamkan oleh Allah atas dirinya." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 369 ۞

Apa-apa Yang Perlu Diucapkan Dan Dikerjakan Oleh Seseorang Yang Mengumpulkan Apa-apa Yang Dilarang - Oleh Agama - Atas Dirinya

 

Allah Ta'ala berfirman: "Dan apabila engkau ditipu oleh syaitan dengan suatu tipuan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah." (al-A'raf: 200)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu, apabila mereka ditipu oleh syaitan yang datang berkunjung, mereka lalu ingat kembali dan mereka pun dapat mempunyai pandangan - mana yang seharusnya dikerjakan." (al-A'raf: 201)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan orang-orang yang berbuat kebaikan itu, apabila menger-jakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah, kemudian mohonkan pengampunan kerana dosa mereka itu. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa melainkan Allah? Dan mereka itu tidak terus mengulangi perbuatan buruk itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah pengampunan dari Tuhan mereka serta syurga yang di bawahnya mengalirlah beberapa sungai. Kekallah mereka di dalamnya dan itulah pahalanya orang-orang yang beramal." (ali-lmran: 135-136)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, semua saja, hai sekalian orang-orang yang beriman, supaya engkau semua memperolehi kebahagiaan." (an-Nur: 31)

1804. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang bersumpah, lalu ia mengatakan dalam sumpahnya itu dengan menggunakan kata-kata berhala Allata dan Al'uzza, maka hendaklah ia segera mengucapkan: La ilaha illallah. Dan barangsiapa yang mengucapkan kepada kawannya: "Mari, saya ajak engkau berjudi," maka hendaklah ia segera bersedekah -sebagai tebusan dari kata-kata yang buruk itu." (Muttafaq 'alaih)



۞ BAB 370 ۞

Kitab Almantsurat Dan Almulah Beberapa Hadis Yang Berserakan - Tidak Termasuk Dalam Bab Tertentu - Dan Yang Sedap-sedap Dirasakan

 

1805. Dari Annawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. menyebut-nyebutkan perihal Dajjal pada suatu pagi. Beliau s.a.w. menghuraikan Dajjal itu kadang-kadang suaranya direndahkan dan kadang-kadang diperkeraskan - dan Dajjal itu sendiri oleh beliau s.a.w. kadang-kadang dihinanya, tetapi kadang-kadang di-perbesarkan hal-ehwalnya sebab amat besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya itu, sehingga kita semua mengira seolah-olah Dajjal itu sudah ada di kelompok pohon kurma. Setelah pada suatu ketika kita pergi ke tempatnya, beliau s.a.w. kiranya telah mengetahui apa yang ada di dalam perasaan kita, lalu bertanya: "Ada persoalan apakah engkau semua ini?"

Kita menjawab: "Ya Rasulullah,Tuan menyebut-nyebutkan Dajjal pada suatu pagi, Tuan merendahkan serta mengeraskan suara - dan Dajjal itu Tuan hinakan, juga Tuan perbesarkan peristiwanya kerana besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya, sehingga kita semua mengira bahawa ia sudah ada di kelompok pohon kurma." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kecuali Dajjal, itulah yang paling saya takutkan kalau menimpa atas dirimu semua. Jikalau ia keluar dan saya masih ada di kalangan engkau semua, maka sayalah penentangnya untuk melindungi engkau semua. Tetapi jikalau ia keluar dan saya sudah tidak ada di kalangan engkau semua, maka setiap manusia adalah sebagai penentang guna melindungi dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku dalam melindungi setiap orang Muslim.

Sesungguhnya Dajjal adalah seorang pemuda yang rambutnya sangat keriting, matanya menonjol, seolah-olah saya menyamakan-nya dengan Abul 'Uzza bin Qathan. Maka barangsiapa yang dapat bertemu dengannya, maka hendaklah membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi. Dajjal itu akan keluar di Khallah, suatu jalanan yang terletak antara Syam dan Irak, lalu membuat kerusakan di bagian sebelah kanannya dan juga membuat kerosakan di bahagian sebelah kirinya. Maka itu hai hamba-hamba Allah, tetapkanlah keimananmu semua." Kita para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, berapa lama ia menetap di bumi?" Beliau s.a.w. menjawab: "Empat puluh hari, yang sehari - hari pertama - itu lamanya sama dengan setahun, yang sehari lagi - hari kedua - lamanya seperti sebulan, yang sehari sesudah itu -hari ketiga - seperti sejum'at - yakni seminggu, sedang hari-hari yang selain tiga hari itu adalah sebagaimana keadaan hari-hari pada masamu sekarang ini." Kita bertanya lagi: "Ya Rasulullah, dalam sehari yang panjang waktunya sebagaimana setahun itu, apakah kita cukup mengerjakan seperti shalat sehari saja - yakni lima waktu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak cukup, maka itu perkirakanlah menurut kadar jaraknya masing-nasing." Jadi tetap lima kali dalam perkiraan sehari seperti sekarang.

Kita bertanya pula: "Ya Rasulullah, bagaimanakah kecepatannya dalam menjelajah bumi?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu bagaikan hujan yang didorong oleh angin dari arah belakangnya. Dajjal itu datang kepada sesuatu kaum, lalu ia mengajak mereka, kemudian mereka itu beriman padanya dan mengikuti apa yang dikehendaki olehnya. la menyuruh langit supaya menurunkan hujan, lalu turunlah hujan, ia menyuruh bumi supaya menumbuhkan tanaman, lalu tumbuhlah tanamannya. Se-lanjutnya kembalilah ternak-ternak mereka tergembala di situ dalam keadaan bergumbul - atau berpunuk - sepanjang - atau sebesar yang pernah ada, juga mempunyai tetek sekenyang yang pernah ada - yakni penuh air susu - dan terpanjang pantatnya - sebab semuanya kenyang.

Seterusnya datanglah Dajjal itu pada sesuatu kaum, lalu mereka ini diajaknya mengikuti kehendaknya, tetapi mereka menolak, kemudian kembalilah Dajjal itu meninggalkan mereka. Kaum yang menolak ini - kerana ketetapan keimanannya -pada keesokan harinya telah menjadi kering daerahnya - seolah-olah telah lama tidak kehujanan dan kosong sama sekali dari rumput dan tanaman Iain-Iain, juga tidak lagi mereka memiliki harta benda sedikitpun. Dajjal itu lalu berjalan melalui puing-puing - bekas istana yang rosak-rosak, kemudian ia berkata: "Keluarkanlah harta-harta simpananmu," tiba-tiba harta-harta di situ dapat diambil dan mengikuti perjalanan Dajjal itu sebagaimana lebah-lebah mengikuti rajanya. Setelah itu Dajjal memanggil seorang pemuda yang penuh jiwa kepemudaannya - menurut riwayat yang dimaksudkan ialah Al-Hidhr, lalu ia memukul pemuda ini dengan pedang, sehingga terpotonglah tubuhnya menjadi dua bahagian dengan kecepatan bagaikan lemparan anak panah pada sasarannya. Tetapi Dajjal lalu memanggil pemuda yang sudah mati itu, lalu ia hidup kembali dan menghadapnya, sedang wajahnya berseri-seri sambil tertawa.

Dalam keadaan sebagaimana di atas itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengutus Isa al-Masih putera Maryam. la turun di menara - atau rumah tinggi - putih warnanya, yang terletak di sebelah selatan Damsyik, iaitu mengenakan dua lembar pakaian yang bersumba, dengan meletakkan kedua tapak tangannya atas sayap dua malaikat. Jikalau ia menundukkan kepalanya, maka mencucurlah air dari kepalanya itu, sedang apabila ia mengangkatnya, maka berjatuhan-lah daripadanya permata-permata besar bagaikan mutiara. Maka tiada seorang kafirpun yang berdiam di sesuatu tempat yang dapat mencium bau tubuhnya itu, melainkan ia pasti mati dan jiwanya itu terhenti sejauh terhentinya pandangan matanya. Selanjutnya al-Masih mencari Dajjal itu sehingga dapat menemukannya di pintu gerbang negeri Luddin, kemudian ia membunuhnya.

Seterusnya Isa a.s. mendatangi kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari kejahatan Dajjal itu, lalu ia mengusap wajah-wajah mereka - maksudnya melapangkan kesukaran-kesukaran yang mereka alami selama kekuasaan Dajjal tersebut - dan ia memberitahukan kepada mereka bahawa mereka akan memperolehi darjat yang tinggi dalam syurga. Dalam keadaan yang sedemikian itu lalu Allah memberikan wahyu kepada Isa a.s. bahawasanya Aku - Allah - telah mengeluarkan beberapa orang hambaKu yang tiada kekuasaan bagi siapapun untuk menentang serta berlawanan perang dengan mereka itu. Maka itu kumpulkanlah hamba-hambaKu - yang menjadi kaum mu'minin - itu ke gunung Thur. Orang-orang yang dikeluarkan oleh Allah itu ialah bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Mereka itu mengalir secara cepat sekali dari setiap tempat yang tinggi. Kemudian berjalanlah barisan pertama dari mereka itu di danau Thabariyah, lalu minum airnya, selanjutnya berjalanlah barisan terakhir dari mereka lalu mereka ini berkata: "Danau ini tentunya tadi masih ada airnya - dan kini sudah habis."

Nabiullah Isa a.s. serta sekalian sahabat-sahabatnya dikurung -yakni dikepung dari segala jurusan sehingga tidak dapat keluar, sampai-sampai nilai sebuah kepala lembu bagi seseorang di antara mereka itu adalah lebih berharga dari seratus wang dinar emas bagi seseorang di antara engkau semua pada hari ini. Nabiullah Isa a.s. dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum semuanya merendahkan diri kepada Allah Ta'ala memohonkan agar kesukaran itu segera dilenyapkan. Allah Ta'ala lalu menurunkan ulat atas bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi di leher-leher mereka, kemudian menjadilah mereka itu sebagai korban yang mati seluruhnya dalam waktu sekaligus, seperti kematian seseorang manusia.

Nabiullah Isa a.s. serta sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum lalu turun ke bumi. Mereka tidak menemukan sejengkal tanah pun di bumi itu melainkan terpenuhi oleh bau busuk dan bau bacin mayat-mayat bangsa-bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi. Selanjutnya Nabiullah Isa a.s. dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum sama merendahkan diri lagi kepada Allah Ta'ala sambil memohonkan agar mayat-mayat mereka dilenyapkan. Allah Ta'ala menurunkan burung sebesar batang-batang leher unta dan burung inilah yang membawa mereka lalu meletakkan mereka itu di sesuatu tempat yang telah dikehendaki oleh Allah. Seterusnya Allah 'Azza-wajalla lalu menurunkan hujan yang tidak tertutup daripadanya tempat yang bertanah keras atau pun yang lunak - yakni semuanya pasti terkena siraman hujan itu, kemudian hujan itu membasuh merata di bumi sehingga menyebabkan bumi itu bersih bagaikan kaca.

Kepada bumi itu lalu dikatakan: "Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan luapkanlah keberkahanmu." Maka pada saat itu sekelompok manusia cukup makan dari sebiji buah delima saja -kerana amat besarnya. Mereka pun dapat bernaung di bawah kulit tempurung delima tadi dan dikurniakanlah keberkahan dalam air susu, sehingga sesungguhnya seekor unta yang mengandung air susu nescayalah dapat mencukupi segolongan besar dari para manusia, seekor lembu yang mengandungi air susu dapat mencukupi sekabilah manusia, sedang seekor kambing yang mengandung susu dapat mencukupi sedesa manusia. Seterusnya di waktu mereka dalam keadaan yang sedemikian itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengirimkan angin yang sejuk nyaman, lalu angin itu mengambil nyawa kaum mu'minin itu dari bawah ketiaknya. Jadi angin itulah yang mencabut jiwa setiap orang mu'min dan setiap orang Muslim. Kini yang tertinggal adalah golongan manusia yang jahat-jahat yang saling bercampur-baur - antara lelaki dan perempuan - sebagaimana bercampur-baurnya sekelompok keledai. Maka di atas mereka inilah menjelang tibanya hari kiamat." (Riwayat Muslim)

Sabdanya: Khallatan bainas syami wal 'iraqi, ertinya jalanan yang terletak antara kedua negeri itu. Sabdanya: 'Aatsa dengan 'ain muhmalah dan tsa' bertitik tiga dan juga Al'aitsu ialah sangatnya kerosakan. Adzdzura, punggung-punggung unta - yakni gumbul. Alya'asib ialah lebah-lebah lelaki. Jazlataini ertinya dua potong dan Algharadh ialah sasaran yang kepadanya dilemparkanlah anak panah, yakni ia melemparkannya sebagai lemparannya anak panah kepada sasaran. Almahrudah dengan dal muhmalah atau mu'jamah, iaitu pakaian yang disumba. Sabdanya: La yadani iaitu tidak mempunyai kedua tangan yakni tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan. Annaghafu ialah ulat. Farsa jamaknya faris iaitu orang yang terbunuh. Azzalaqatu dengan fathahnya zai, lam dan qaf dan ada yang mengatakan Azzulfatu, dengan dhammahnya zai, sukunnya /am dan dengan fa' ialah kaca atau cermin. Al'ishabah yakni jama'ah. Arrislu ertinya air susu. Allaqhatu ertinya binatang yang me-ngandung air susu. Alfi-aam dengan kasrahnya fa' dan sesudah itu ada hamzah iaitu segolongan manusia dan Alfakhdzu ialah yang di bawah kabilah dari para manusia.

1806. Dari Rib'iy bin Hirasy, katanya: "Saya berangkat dengan Abu Mas'ud al-Anshari ke tempat Hudzaifah al-Yaman radhiallahu 'anhum, lalu Abu Mas'ud berkata kepadanya: "Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. perihal Dajjal." Hudzaifah lalu berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Ada pun yang dilihat oleh para manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang membakar, sedang apa yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui Dajjal di antara engkau semua, hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya sebagai api, kerana sesungguhnya ini adalah air tawar dan nyaman sekali." Setelah itu Abu Mas'ud berkata: "Saya pun benar-benar pernah mendengar yang seperti itu." (Muttafaq 'alaih)

1807. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dajjal itu akan keluar kepada ummatku kemudian menetap sealam empat puluh lamanya; tetapi saya tidak mengerti apakah itu empat puluh hari atau empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah mengutus Isa putera Maryam a.s. lalu ia mencari Dajjal kemudian merosakkannya - yakni membunuhnya. Kemudian para manusia itu menetap selama tujuh tahun di saat itu tidak ada permusuhan sama sekali antara dua orang manusia pun. Selanjutnya Allah 'Azza wa jalla mengutus angin yang dingin dari arah Syam (Palestina).

Maka tidak ada seorang pun yang menetap di atas permukaan bumi yang dalam hati orang itu ada timbangan seberat semut kecil dari kebaikan atau keimanan, melainkan pasti akan dicabut nyawanya sehingga andai kata salah seorang dari engkau semua ada yang masuk di dalam perut gunung, juga pasti akan dimasuki oleh angin tadi, sampai dapat tercabut nyawanya. Akhirnya yang ketinggalan adalah manusia-manusia yang buruk kelakuannya yang suka cepat-cepat melakukan keburukan dan kezaliman sampai dapat diumpamakan sebagai keringanan burung yang sedang terbang atau angan-angan binatang buas yang hendak memangsa. Orang-orang tersebut tidak mengerti apa-apa yang baik dan tidak mengingkari apa-apa yang buruk - yakni kemungkaran dibiarkan belaka. Seterusnya lalu muncullah syaitan yang menjelma sebagai manusia lalu berkata: "Alangkah baiknya kalau engkau semua suka mengikuti perintahku?" Orang-orang sama berkata: "Apakah yang engkau perintahkan kepada kita?" Kemudian syaitan tersebut mengajak mereka menyembah berhala-berhala.

Keadaan para manusia di saat itu adalah sangat luas rezekinya, senang hidupnya. Selanjutnya ditiupkanlah dalam sangkakala, maka tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan ia menurunkan leher-nya yang sebelah dan mengangkat yang sebelah lainnya. Pertama-tama orang yang mendengarnya itu ialah seseorang yang sedang memperbaiki pelur kolam untanya, lalu ia tidak sedarkan diri dan semua manusia di sekitarnya pun tidak sedarkan diri - terus mati. Kemudian Allah mengirimkan atau sabdanya: Menurunkan hujan bagaikan rintik-rintik atau bagaikan bayangan, lalu dari air itu tumbuhlah seluruh tubuh para manusia, terus ditiupkanlah pula sekali lagi sangkakala tersebut tiba-tiba orang-orang itu sama berdiri bangun sambil memperhatikan keadaan di waktu itu, kemudian ada yang mengucapkan: "Hai sekalian manusia, marilah sama mendekat di hadapan Tuhanmu semua," dan kepada semua malaikat di-perintahkan: "Hentikan dulu orang-orang itu, sebab sesungguhnya mereka akan ditanya lebih dulu." Kemudian dikatakan pula: "Keluarkan olehmu semua orang-orang itu perlu dikirim ke neraka."

Selanjutnya ditanyakan: "Dari berapa?" Lalu dijawab: "Dari setiap-tiap seribu sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Sabdanya: "Itulah hari yang dapat membuat anak-anak kecil menjadi beruban dan itulah hari dibukanya betis manusia, kerana amat kebingungan sekali." (Riwayat Muslim) Alliitu ialah batang leher, ertinya ialah merendahkan lehernya yang sebelah dan mengangkat sebelah yang lainnya.

1808. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong-pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir - di luar Madinah - lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik." (Riwayat Muslim)

1809  Dari Anas r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang mengikuti Dajjal dari golongan kaum Yahudi Ashbihan itu ada sebanyak tujuh puluh ribu orang. Mereka itu mengenakan pakaian kependetaan." (Riwayat Muslim)

1810. Dari Ummu Syarik radhiallahu 'anha bahawasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Nescayalah sekalian manusia itu sama melarikan diri dari gangguan Dajjal iaitu ke gunung-gunung." (Riwayat Muslim)

1811. Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu peristiwa pun antara jarak waktu semenjak Allah menciptakan Adam sampai datangnya hari kiamat nanti, yang lebih besar daripada perkara Dajjal." (Riwayat Muslim)

1812. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Dajjal keluar lalu ada seseorang dari golongan kaum mu'minin, ia ditemui oleh beberapa orang penyelidik yakni para penyelidik dari Dajjal. Mereka berkata kepada orang itu: "Ke mana engkau bersengaja pergi?" la menjawab: "Saya sengaja akan pergi ke tempat orang yang keluar - yakni yang baru muncul dan yang dimaksudkan ialah Dajjal." Mereka berkata: "Adakah engkau tidak beriman dengan Tuhan kita." la menjawab: "Tuhan kita tidak samar-samar lagi sifat-sifat keagungannya - sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan kedustaannya." Orang-orang itu sama berkata: "Bunuhlah ia." Sebahagian orang berkata kepada yang lainnya: "Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu kalau membunuh seseorang tanpa memperoleh persetujuannya." Mereka pun pergilah dengan membawa orang itu ke Dajjal.

Setelah Dajjal dilihat oleh orang mu'min itu, lalu orang mu'min tadi berkata: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebutkan oleh Rasulullah s.a.w. Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang mu'min itu lalu ia ditelentangkan pada perutnya. Dajjal berkata: "Ambillah ia lalu lukailah - kepala dan mukanya." Seterusnya ia diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung serta perutnya. Dajjal berkata: "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?" Orang mu'min itu berkata: "Engkau adalah al-Masih maha pendusta." la diperintah menghadap kemudian digergajilah ia dengan gergaji dari pertengahan tubuhnya, iaitu antara kedua kakinya - maksudnya dibelah dua. Dajjal lalu berjalan antara dua potongan tubuh itu, kemudian berkata: "Berdirilah." Orang mu'min tadi terus berdiri lurus-lurus, kemudian Dajjal berkata padanya. "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku." la berkata: "Saya tidak bertambah melainkan kewas-padaan dalam menilai siapa sebenarnya engkau itu." Selanjutnya orang mu'min itu berkata: "Hai sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada seseorang pun dari para manusia, setelah saya sendiri mengalaminya." la diambil lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah membuat tabir tembaga yang terletak antara leher sampai ke tengkuknya, maka tidak ada jalan bagi Dajjal untuk dapat membunuhnya. Seterusnya Dajjal lalu mengambil orang tadi, iaitu kedua tangan serta kedua kakinya, lalu melemparkannya. Orang-orang sama mengira bahawa hanyasanya orang itu dilemparkan olehnya ke neraka, tetapi se-benarnya ia dimasukkan dalam syurga." Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya - yakni kematian syahidnya - di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini." Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Bukhari juga meriwayat-kan sebahagiannya dengan huraian yang semakna dengan di atas itu. Almasalihu iaitu para pengintai atau penyelidik.

1813. Dari al-Mughirah bin Syu'bah r.a., katanya: "Tiada seorang pun yang lebih banyak pertanyaannya mengenai hal Dajjal daripada saya sendiri. Sesungguhnya Dajjal itu tidak akan membahayakan dirimu." Saya berkata: "Orang-orang sama berkata bahawa Dajjal itu mempunyai segunung tompokan roti dan sungai air." Beliau s.a.w. bersabda: "Hal itu adalah lebih mudah bagi Allah daripada yang dapat dilakukan oleh Dajjal."   (Muttafaq 'alaih)

1814. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang Nabi pun yang diutus oleh Allah, melainkan ia benar-benar memberikan peringatan kepada ummatnya tentang makhluk yang buta sebelah matanya serta maha pendusta. Ingatlah sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya Tuhanmu 'Azza wa jalla semua itu tidaklah buta sebelah mata seperti Dajjal. Di antara kedua matanya itu tertulislah huruf-huruf kaf, fa', ra' - yakni kafir." (Muttafaq 'alaih)

1815. Dari Buraidah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua suka saya beritahu perihal Dajjal,iaitu yang belum pernah diberitahukan oleh seseorang Nabi pun kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya ia datang dengan sesuatu sebagai perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang ia katakan bahawa itu adalah syurga, sebenarnya adalah neraka." (Muttafaq 'alaih)

1816. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. menyebut-nyebutkan Dajjal di hadapan orang banyak, lalu berkata: "Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah matanya. Ingatlah bahawa sesungguhnya al-Masih Dajjal itu buta sebelah matanya yang sebahagian kanan, seolah-olah matanya itu adalah sebuah biji anggur yang menonjol." (Muttafaq 'alaih)

1817. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah akan terjadi hari kiamat, sehingga kaum Muslimin sama memerangi kaum Yahudi dan sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata: "Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Ke marilah, lalu bunuhlah ia," kecuali pohon gharqad - semacam pohon yang berduri dan tumbuh di Baitul Maqdis, kerana sesungguhnya pohon ini adalah dari pohon kaum Yahudi - dan oleh sebab itu suka melindunginya." (Muttafaq'alaih)

1818. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, dunia ini tidak akan lenyap - yakni timbul hari kiamat, sehingga seseorang lelaki berjalan melalui makam, lalu ia mundar-mandir di situ, kemudian berkata: "Aduhai diriku, alangkah baiknya kalau saya yang menempati kubur ini." la mengharap sedemikian itu bukan kerana tertekan oleh urusan agamanya. Tidak ada lain yang menyebabkan ia berkata sedemikian tadi, kecuali kerana adanya bencana duniawiyah yang menimpa dirinya." (Muttafaq 'alaih)

1819. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga sungai Furat itu terbuka, nampak tompokan gunung emas - kerana airnya telah kering - yang diperebutkan sehingga terjadi peperangan, kemudian terbunuhlah dalam berebutan itu dari setiap seratus tentera ada sembilan puluh sembilan orang, sehingga setiap orang yang mengikuti pertempuran itu berkata: "Barangkali saja, semogalah saya yang selamat - yakni termasuk satu dari seratus tadi." Dalam riwayat lain disebutkan: "Hampir sekali sungai Furat itu terbuka lalu menampakkan simpanan gudang emasnya, maka barangsiapa yang hadhir di situ, janganlah sampai mengambil sesuatu pun dari harta itu." (Muttafaq 'alaih)

1820. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang-orang sama meninggalkan Madinah dalam sebaik-baiknya keadaan yang pernah ada dan tidak ada yang mendiami itu melainkan binatang 'Awafi (yang dimaksudkan dengan binatang 'Awafi yakni burung dari golongan binatang buas serta burung). Ada pun manusia yang terakhir sekali dikumpulkan ialah dua orang penggembala dari suku Mizainah yang keduanya itu hendak menuju ke Madinah. Keduanya berteriak-teriak dengan menggembala kambing. Tiba-tiba Madinah ditemukannya penuh binatang buas belaka - sebab penghuninya sudah habis sama sekali. Setelah keduanya sampai di Tsaniyyatul Wada' lalu tersungkurlah pada mukanya." (Muttafaq 'alaih)

1821. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Ada seorang khalifah dari beberapa khalifah yang memerintah engkau semua pada akhir zaman nanti, ia menyebar-nyebarkan harta dan sama sekali tidak menghitung-hitung berapa banyaknya." (Riwayat Muslim)

1822. Dari Abu Musa r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Nescayalah akan datang pada sekalian manusia suatu zaman yang seseorang itu berkeliling dengan membawa harta yang akan disedekahkan berupa emas, tetapi ia tidak menemukan seseorang-pun yang suka mengambil sedekah itu daripadanya. Juga akan datanglah suatu zaman yang di situ seorang lelaki dapat dilihat oleh orang banyak, ia diikuti oleh empat puluh orang perempuan yang semua ini menggantungkan nasibnya pada lelaki tersebut. lni disebabkan kerana sedikitnya kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita. (Riwayat Muslim)

1823. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Ada seorang lelaki membeli sebidang tanah dari lelaki lain, kemudian orang yang membeli sebidang tanah tadi menemukan sebuah kendil yang di dalamnya terdapat emas dalam tanah itu. Orang yang membeli tanah itu berkata kepada penjualnya: "Ambillah emasmu, sebab hanyasanya yang saya beli daripadamu itu adalah tanahnya saja dan saya tidak merasa membeli emasnya." Tetapi orang yang mempunyai tanah-yakni penjualnya- berkata: "Hanya-sanya yang saya jual kepadamu itu adalah tanah beserta apa yang ada di dalamnya - jadi termasuk emas itu pula." Keduanya berselisih lalu meminta hukum kepada seseorang lain. Kemudian orang yang dimintai pertimbangan hukum ini berkata: "Apakah salah seorang dari engkau berdua ini ada yang mempunyai anak lelaki?" Seorang di antara keduanya berkata: "Saya mempunyai seorang anak lelaki. Yang seorang lagi berkata: "Saya mempunyai seorang anak perempuan." Orang tadi lalu berkata: "Kahwinkan sajalah anak lelaki dengan anak perempuan itu dan belanjakanlah untuk kepentingan kedua anak itu dari emas ini dan bersedekahlah engkau berdua dengan harta itu." (Muttafaq 'alaih)

1824. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua orang wanita yang disertai oleh anaknya masing-masing. Lalu datanglah seekor serigala, kemudian serigala ini pergi membawa anak salah seorang dari keduanya itu. Yang seorang berkata kepada kawannya: "Hanyasanya serigala tadi pergi dengan membawa anakmu," sedang lainnya berkata: "Hanyasanya yang dibawa pergi olehnya tadi adalah anakmu." Keduanya meminta keputusan hukum kepada Nabi Dawud a.s., lalu memutuskan untuk diberikan kepada yang tertua di antara kedua wanita tadi. Keduanya keluar untuk meminta keputusan hukum kepada Nabi Sulaiman bin Dawud a.s., lalu keduanya memberitahukan hal- ihwalnya. Sulaiman berkata: "Bawalah ke mari pisau itu, agar saya dapat membelahnya untuk dibahagikan kepada keduanya." Tiba-tiba yang kecil - yakni yang muda - di antara kedua wanita itu berkata: "Jangan anda kerjakan itu, semoga Allah memberikan kerahmatan kepada anda. Memang itu adalah anak sahabatku ini." Tetapi Sulaiman a.s. lalu memutuskan bahawa anak itu adalah milik yang muda." (Muttafaq 'alaih)

1825. Dari Mirdas al-Aslami r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Orang-orang yang shalih itu pergi - yakni habis kerana meninggal dunia, seangkatan demi seangkatan dan akhirnya tertinggallah sisa-sisa yang buruk dari ummat manusia itu bagaikan hampas buah sya'ir atau seperti sisa-sisa kurma - yakni tinggal yang buruk-buruk setelah dipilih-pilih waktu memakannya. Allah tidak menghargai sedikitpun nilai mereka ini." (Riwayat Bukhari)

1826. Dari Rifa'ah bin Rafi' az-Zuraqiy r.a., katanya: "Jibril datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Anda masukkan golongan apakah para ahli Badar - yakni orang-orang yang mengikuti peperangan Badar - di kalangan anda sekalian - yakni kaum Muslimin?" Beliau s.a.w. bersabda: "Mereka termasuk golongan seutama-utama kaum Muslimin." Atau semakna dengan itulah yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. itu. Kemudian Jibril berkata: "Begitu pulalah yang menyaksikan perang Badar dari golongan malaikat." (Riwayat Bukhari)

1827. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah Ta'ala menurunkan siksa kepada sesuatu kaum, maka siksa itu mengenai semua orang yang termasuk dalam kalangan kaum itu, kemudian mereka dibangkitkan - diba'ats pada hari kiamat - menurut masing-masing keniatannya." (Muttafaq 'alaih)

1828. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada sesuatu batang pohon kurma yang digunakan oleh Nabi s.a.w. untuk berdiri (yakni di waktu berkhutbah). Setelah mimbar sudah diletakkan - sebagai ganti batang pohon tersebut dan batang itu tidak digunakan lagi, kita semua mendengar dari arah batang tadi seperti suara unta yang sakit kerana akan mengeluarkan kandungannya, sehingga Nabi s.a.w. turun lalu meletakkan tangannya di atas batang tersebut, kemudian berdiamlah ia." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ketika datang hari Jum'at, Nabi s.a.w. duduk di atas mimbar lalu berteriaklah batang pohon yang biasa digunakan oleh Nabi s.a.w. untuk berdiri waktu berkhutbah, sehingga hampir-hampir ia belah." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Batang pohon kurma itu lalu menjerit bagaikan jeritan anak kecil, lalu Nabi s.a.w. turun sehingga dapat memegangnya kemudian memeluknya. la merintih bagaikan rintihan anak kecil yang perlu didiamkan, sehingga akhirnya tenanglah ia." Nabi s.a.w. lalu bersabda: la menangis kerana mendengar peringatan - dalam khutbah itu." (Riwayat Bukhari)

1829. Dari Abu Tsa'labah al-Khusyani iaitu Jurtsum bin Nasyir r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu mewajibkan kepadamu semua akan beberapa kewajiban, maka janganlah engkau semua menyia-nyiakannya dan memberikan batas akan beberapa ketentuan batas, maka janganlah engkau semua melampauinya, juga mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau semua melanggarnya dan mendiamkan - yakni tidak menyebutkan akan halal atau haramnya, beberapa hal kerana belas kasihan padamu, bukannya yang sedemikian itu kerana kelupaan, maka dari itu janganlah engkau semua mempertajam pembahasannya mengenai hal-hal itu." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Daraquthni dan lain-lainnya.

1830. Dari Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, kata-nya: "Kita semua berperang bersama Rasulullah s.a.w. sebanyak tujuh kali peperangan dan kita makan belalang." Dalam riwayat lain disebutkan: "Kita semua bersama Nabi s.a.w. juga, sama makan belalang." (Muttafaq 'alaih)

1831. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang mu'min itu disengat dari lubang satu sampai dua kali." Maksudnya janganlah tertipu dari satu orang sampai dua kali. (Muttafaq 'alaih)

1832. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat - dengan pembicaraan yang menunjukkan keredhaan, tidak pula mereka itu dilihat olehNya - dengan pandangan kerah-matan -dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, iaitu:  Seseorang yang mempunyai kelebihan air di suatu padang tandus, lalu ia menolak memberikannya itu kepada ibnus sabil -yakni orang yang sedang mengadakan perjalanan. Juga seseorang yang menjual kepada seseorang dengan sesuatu benda dagangan sesudah shalat Ashar, lalu ia bersumpah dengan menyebutkan nama Allah bahawa ia nescayalah mengambil dagangan

1833. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jarak waktu antara dua tiupan sangkakala itu adalah selama empat puluh." Orang-orang sama bertanya kepada Abu Hurairah: "Apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka bertanya lagi: "Apakah empat puluh tahun?" la menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka sekali lagi bertanya: "Apakah empat puluh bulan?" la menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Semua anggota tubuh manusia itu rosak binasa, kecuali tulang punggung yang terbawah sekali - atau 'ajbadz dzanab. Di situlah nanti tumbuhnya kejadian manusia - setelah diba'ats dari kubur. Kemudian Allah menurunkan air dari langit, lalu tumbuhlah para manusia itu bagaikan tumbuhnya sayur-mayur." (Muttafaq 'alaih)

1834. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Pada suatu ketika Nabi s.a.w. dalam sesuatu majlis, sedang memberikan pembicaraan kepada kaum - yakni orang banyak, lalu datanglah seorang A'rab -iaitu penduduk negeri Arab bahagian pedalaman, kemudian orang ini bertanya: "Bilakah tibanya hari kiamat." Rasulullah s.a.w. terus saja dalam berbicara itu, sehingga sementara kaum ada yang berkata: "Beliau s.a.w. sebenarnya mendengar ucapan orang itu, tetapi beliau benci kepada isi pembicaraannya." Sementara kaum lagi berkata: "Ah, beliau s.a.w. tidak mendengarnya." Selanjutnya setelah beliau s.a.w. selesai pembicaraannya lalu bertanya: "Manakah orang yang menanyakan perihal hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "Ya, sayalah itu ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Iaitu apabila amanat sudah disia-siakan, maka nantikan sajalah tibanya hari kiamat." Orang itu bertanya lagi: "Bagaimanakah cara menyia-nyiakan amanat itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jikalau sesuatu perkara sudah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat itu - ada yang menafsiri: Maka nantikanlah saat kehancurannya sesuatu perkara yang diserahkan tadi." (Riwayat Bukhari)

1835. Dari Abu Hurairah r.a. pula, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Para imam - yakni pemimpin-pemimpin - itu bersembahyang sebagai imammu semua. Maka jikalau amalan mereka itu benar, maka pahalanya adalah untukmu - dan untuk mereka pula, tetapi jikalau amalan mereka itu salah, maka pahalanya adalah untukmu semua dan dosanya atas mereka sendiri." (Riwayat Bukhari)

1836. Dari Abu Hurairah r.a. dalam menafsiri ayat yang ertinya: "Adalah engkau semua itu sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk para manusia," ia berkata: "Sebaik-baik para manusia untuk ummat manusia ialah mereka yang datang membawa para manusia itu dalam keadaan tertawan, dengan diikatkan rantai-rantai pada leher mereka, sehingga orang-orang yang tertawan itu dengan senang hati masuk dalam Agama Islam."

1837. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Allah 'Azzawajalla merasa hairan dari sesuatu kaum yang sama masuk syurga dalam keadaan mereka itu terbelenggu dengan rantai-rantai." Kedua Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Maknanya ialah bahawa mereka itu asalnya menjadi tawanan dalam peperangan, lalu diikat, tetapi kemudian mereka masuk Agama Islam dan akhirnya masuk syurga - sebab sampai matinya tetap sebagai seorang Muslim.

1838. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Yang paling dicintai oleh Allah di antara segala sesuatu yang ada dalam negeri-negeri itu ialah masjid-masjidnya, sedang yang paling dibenci di antara segala sesuatu yang ada dalam negeri itu ialah pasar-pasarnya." (Riwayat Muslim)

1839. Dari Salman al-Farisi r.a., dari salah satu ucapannya, ia berkata: "Janganlah engkau sekali-kali menjadi orang yang paling pertama kali masuk pasar, jikalau engkau dapat, juga janganlah menjadi orang yang paling akhir keluar daripadanya, sebab sesungguhnya pasar itu adalah tempat pergulatan syaitan - maksudnya tempat keburukan seperti menipu, mengicuh, sumpah palsu dan Iain-Iain - dan di pasar itu pulalah syaitan itu menegakkan benderanya." Diriwayatkan oleh Imam Muslim sedemikian. Imam al-Barqani meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Salman, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan jangan pula menjadi orang yang akhir sekali keluar dari pasar itu. Di pasar itulah syaitan bertelur dan menetaskan anaknya," - ini adalah sebagai kiasan bahawa pasar itulah tempat berbagai kemaksiatan dilakukan.

1840. Dari Ashim al-Ahwal dari Abdullah bin Sarjis r.a., katanya: "Saya berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah, semoga Allah memberikan pengampunan kepada Tuan." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Juga kepadamu - semoga Allah memberikan pengampunan." Ashim berkata: "Saya berkata kepada Abdullah bin Sarjis: "Apakah Rasulullah s.a.w. memohonkan pengampunan untukmu?" la menjawab: "Ya dan juga untukmu." Kemudian ia membacakan ayat ini - yang ertinya: "Dan mohonlah pengampunan - kepada Allah - untuk melebur dosamu dan juga untuk sekalian orang-orang mu'min, baik lelaki atau pun perempuan." (Riwayat Muslim)

1841. Dari Abu Mas'ud al-Anshari r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sebahagian dari apa-apa yang ditemukan oleh para manusia dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: "Jikalau engkau tidak mempunyai rasa malu - untuk mengerjakan keburukan, maka berbuatlah menurut kehendakmu." (Riwayat Bukhari)

1842. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Pertama-tama persoalan yang diputuskan di antara sekalian manusia pada hari kiamat ialah dalam soal darah - yakni bunuh membunuh." (Muttafaq 'alaih)

1843. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Malaikat itu diciptakan dari nur - yakni cahaya - dan jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedang Adam diciptakan dari apa yang sudah diterangkan kepadamu semua - yakni dari tanah." (Riwayat Muslim)

1844. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Budi pekerti Nabi s.a.w. itu adalah sesuai dengan ajaran al-Quran." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam serangkaian Hadis yang panjang.

1845. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ingin bertemu Allah, maka Allah juga ingin bertemu dengannya dan barangsiapa yang tidak senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga tidak senang untuk bertemu dengannya." Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah ertinya tidak senang untuk bertemu dengan Allah itu ialah benci kepada kematian. Kalau begitu kita semua pun benci akan kematian itu?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Bukan demikian yang dimaksudkan. Tetapi seseorang mu'min itu apabila diberi kegembiraan dengan kerahmatan Allah serta keredhaanNya, juga syurgaNya, maka ia ingin sekali bertemu dengan Allah, maka itu Allah juga ingin bertemu dengannya, sedang sesungguhnya orang kafir itu apabila diberi ancaman perihal siksa-nya Allah dan kemurkaanNya, maka ia tidak senang untuk bertemu dengan Allah itu dan oleh sebab itu Allah juga tidak senang untuk bertemu dengannya." (Riwayat Muslim)

1846. Dari Ummul mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau s.a.w. juga berdiri beserta saya untuk menghantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi s.a.w. lalu keduanya pun bercepat-cepat menyingkir. Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam - yakni manusia - sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)

1847. Dari Abul Fadhl yaitu al-Abbas bin Abdul Muththalib r.a., katanya: "Saya menyaksikan pada hari peperangan Hunain bersama Rasulullah s.a.w. Saya dan Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib senantiasa tetap mengawani Rasulullah s.a.w. itu. Jadi kita tidak pernah berpisah dengannya. Rasulullah s.a.w. menaiki seekor baghal - sebangsa keldai, miliknya sendiri yang putih warnanya. Setelah kaum Muslimin dan kaum musyrikin bertemu, lalu kaum Muslimin sama menyingkir ke belakang mengundurkan diri. Mulailah Rasulullah s.a.w. melarikan baghalnya menuju ke muka orang-orang kafir, sedang saya memegang kendali baghalnya, RasuluIlah s.a.w., yang saya tahan-tahanlah kendalinya itu agar tidak terlampau cepat larinya. Abu Sufyan memegang sanggurdi Rasulullah s.a.w.

Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abbas, panggillah orang-orang yang mengikut Bai'atur Ridhwan di Samurah dulu." Al-Abbas berkata dan ia adalah seorang lelaki yang keras sekali suaranya: "Saya berseru dengan sekeras-keras suara saya: "Mana orang-orang yang ikut berbai'at di Samurah dulu." Maka demi Allah, seolah-olah penerimaan mereka ketika mendengar suara saya itu adalah bagaikan lembu yang menerima dengan senang hati akan anak-anaknya. Mereka berkata: "Ya labbaik, ya labbaik - ertinya: Kita akan datang." Seterusnya mereka itu lalu berperang berhadap-hadapan dengan orang-orang kafir. Ada pun undangan yang disampaikan kepada kaum Anshar ialah mereka berkata: "Hai seluruh kaum Anshar, hai seluruh kaum Anshar." Seterusnya terbataslah undangan itu kepada keluarga al-Harits bin al-Khazraj. Rasulullah s.a.w. yang di waktu itu sedang menaiki baghalnya melihat kepada jalannya peperangan itu sebagai seorang yang merasa terlampau lama saatnya pertempuran tadi. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Inilah saatnya berkecamuknya peperangan yang sedahsyat-dahsyatnya." Seterusnya Rasulullah s.a.w. lalu mengambil beberapa batu kerikil kemudian melemparkannya pada muka-muka kaum kafirin itu, terus berkata: "Hancur leburlah mereka semua demi Tuhannya Muhammad." Saya mulai memperhatikan suasana-nya tiba-tiba peperangan itu berlangsung terus sebagaimana keadaannya yang saya saksikan itu. Tetapi demi Allah, tiada lain hanyalah lemparan Rasulullah s.a.w. dengan kerikil-kerikil itu - yang menyebabkan suasana berubah sama sekali. Akhirnya sedikit demi sedikit, tidak henti-hentinya saya melihat bahawa kekuatan mereka menjadi lemah dan perkara mereka pun membelakang - yakni bahawa mereka kalah dalam keadaan yang hina-dina." (Riwayat Muslim)

Alwathis, arti asalnya ialah dapur api. Maknanya ialah bahawa peperangan itu berkecamuk dengan dahsyat sekali. Ucapannya: haddahum, dengan ha' muhmalah, ertinya ialah kekuatan mereka.

1848. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu adalah Maha Baik, maka Allah tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Sesungguhnya Allah menyuruh kaum mu'minin sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian para Rasul, makanlah engkau semua dari apa-apa yang baik - yakni halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya serta beramal shalihlah engkau semua." (al-Mu'minun: 51).

Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman, makanlah engkau semua akan yang baik-baik - yakni halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya - dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua." Selanjutnya Rasulullah s.a.w. menyebutkan seseorang lelaki yang lama sekali menempuh perjalanan, keadaannya kusut masai, penuh debu. la mengangkatkan kedua tangannya ke langit sambil memohon: "Ya Tuhanku, ya Tuhanku," tetapi yang dimakannya haram, yang diminumnya haram, juga dulunya diberi makanan yang haram - oleh kedua orang tuanya, maka bagaimanakah orang sedemikian itu dapat dikabulkan doanya." (Riwayat Muslim)

1849. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah -dengan pembicaraan yang menunjukkan keredhaan, tidak pula disucikan - yakni diampuni dosanya - serta tidak dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan - besok pada hari kiamat dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, iaitu orang tua yang berzina, raja - atau kepala negara - yang pendusta serta orang miskin yang berlagak sombong." (Riwayat Muslim) Al'ail iaitu orang fakir.

1850. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saihan, Jaihan, Furat dan Nil, semuanya itu adalah nama-nama sungai di syurga." (Riwayat Muslim)

1851. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengambil tangan saya, lalu bersabda: "Allah menciptakan tanah - yakni bumi - itu pada hari Sabtu, di situ Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad, menciptakan pohon-pohon pada hari Isnin, menciptakan apa-apa yang tidak disenangi - seperti fitnah dan Iain-Iain - pada hari Selasa, mencipta-kan cahaya pada hari Rabu dan Allah menyebarkan binatang-binatang di bumi itu pada hari Khamis. Allah menciptakan Adam a.s. sesudah Ashar pada hari Jum'at, iaitu pada akhir penciptaanNya pada semua makhluk, pada akhir saat dari waktu siang yakni antara waktu Ashar sampai malam." (Riwayat Muslim)

1852. Dari Abu Sulaiman yaitu Khalid bin al-Walid r.a., katanya: "Sungguh-sungguh telah putuslah di tanganku pada hari peperangan Mu'tah sebanyak sembilan buah pedang, maka yang masih tertinggal di tanganku tidak ada lain kecuali pedang bentuk buatan Yamani." (Riwayat Bukhari)

1853. Dari 'Amr bin al-'Ash r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seseorang hakim memberikan hukum - yakni keputusan - lalu ia berijtihad, kemudian benar - sesuai dengan kehendak agama Allah, maka ia memperolehi dua pahala, sedang apabila ia memberikan hukum dan berijtihad lalu salah, maka ia memperoleh satu pahala." (Muttafaq 'alaih)

1854. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya penyakit panas itu berasal dari sebaran wap neraka Jahannam, maka dari itu dinginkanlah ia dengan menggunakan air." (Muttafaq 'alaih)

1855. Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi s.a.w., katanya: "Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan hutang puasa, maka bolehlah walinya berpuasa untuk menutupi hutangnya itu." (Muttafaq 'alaih)

Menurut pendapat yang terpilih ialah bolehnya berpuasa untuk melunasi hutang puasa yang meninggal dunia kerana berdasarkan Hadis ini. Ada pun yang dimaksud dengan perkataan wali – yang boleh memusakainya itu - ialah keluarga yang berkedudukan sebagai ahli waris dari orang yang meninggal dunia tadi, atau pun yang bukan ahli warisnya.

1856. Dari Auf bin Malik bin at-Thufail bahawasanya Aisyah radhiallahu 'anha diberitahu bahawasanya Abdullah bin az-Zubair radhiallahu 'anhuma berkata dalam suatu pembelian atau suatu pemberian yang diberikan oleh Aisyah radhiallahu 'anha: "Demi Allah, nescayalah Aisyah harus suka menghentikan ini atau kalau tidak suka, maka nescayalah saya akan meninggalkan berbicara padanya - yakni tidak menyapanya." Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin az-Zubair berkata demikian." Orang-orang berkata: "Ya." Aisyah lalu berkata: "Saya bernazar kerana Allah terhadap dirinya iaitu saya tidak akan berbicara dengan anak az-Zubair itu selama-lamanya." Abdullah bin az-Zubair meminta pertolongan untuk dapat bercakap-cakap lagi dengan Aisyah itu ketika keadaan tidak saling menyapa tadi sudah berjalan lama.

Tetapi Aisyah tetap berkata: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan menerima permintaan tolongnya itu dan saya tidak akan melanggar sumpah dalam nazar saya ini." Ketika peristiwa itu sudah dirasa amat lama sekali bagi Abdullah bin az-Zubair, lalu ia berbicara kepada al-Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al Aswad bin Abdu Yaghuts dan berkata kepada kedua orang itu: "Saya meminta kepada saudara berdua, supaya engkau berdua dapat memasukkan saya di tempat Aisyah radhiallahu 'anha, sebab sesungguhnya ia tidak halal hukumnya untuk bernazar terus memutuskan hubungan kekeluargaan dengan saya." Al Miswar dan Abdur Rahman menerima permintaannya itu, sehingga pada suatu ketika keduanya meminta izin pada Aisyah -dan Abdullah bin az-Zubair ikut serta.

Keduanya berkata: Assalamu 'alaiki wa rahmatullahi wa barakatuh, apakah kita semua boleh masuk?" Aisyah berkata: "Masuklah semua." Mereka berkata: "Kita semuakah boleh masuk itu?" la menjawab: "Ya, masuklah engkau semua." Aisyah radhiallahu 'anha tidak mengerti bahawa Abdullah bin az-Zubair menyertai kedua orang tersebut. Setelah semuanya masuk, lalu Abdullah bin az-Zubair langsung masuk ke dalam tabir -sebab Aisyah radhiallahu 'anha ada di balik tabir kalau menemui lelaki dan Abdullah bin az-Zubair itu adalah kemanakannya sendiri yakni anak Asma', saudarinya. Abdullah segera merangkul Aisyah -bibinya - radhiallahu 'anha dan mulailah meminta-minta - agar dimaafkan kesalahannya - sambil menangis. Al-Miswar dan Abdur Rahman juga meminta-minta - supaya dimaafkan, kemudian suka bercakap-cakap lagi dengannya dan menerima permintaan maafnya itu.

Keduanya berkata bahawasanya Nabi s.a.w. melarang apa yang dilakukan dalam hal tidak suka menyapanya itu. Juga bahawasanya seseorang Muslim itu tidak halal untuk meninggalkan saudaranya -iaitu tidak menyapa - lebih dari tiga hari." Setelah orang-orang itu semuanya banyak-banyak dalam memberikan peringatan dan peri-hal remehnya soal yang menyebabkan tidak menyapa tadi, lalu Aisyah radhiallahu 'anha mulai memberitahukan kepada keduanya itu perihal nazarnya, kemudian ia menangis dan berkata: "Sesungguhnya saya telah bernazar dan nazar itu adalah berat tanggungan-nya." Keduanya tidak henti-hentinya memberikan peringatan dan akhirnya Aisyah radhiallahu 'anha suka berbicara lagi dengan Abdullah bin az-Zubair. Untuk menebus denda sumpah nazarnya -yang dilanggar - itu Aisyah radhiallahu 'anha memerdekakan empat puluh orang hamba sahaya - sebenarnya yang wajib hanyalah memerdekakan seorang hamba sahaya saja, tetapi oleh sebab sangat taqwanya kepada Allah, lalu ia berbuat demikian. Aisyah selalu ingat saja akan nazarnya dulu setelah peristiwa kembali baik, kemudian menangis, sampai-sampai kerudungnya itu menjadi basah oleh air matanya." (Riwayat Bukhari)

1857. Dari Uqbah bin Amir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah terkubur selama lapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke mimbar lalu bersabda: "Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh - sebuah danau di syurga. Sebenarnya saya nescayalah dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik - sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlumba-lumba dalam mengejar keduniaan." Uqbah berkata: "Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlumba-lumba mengejar keduniaan dan engkau semua lalu saling perang memerangi, sehingga menyebabkan engkau semua rosak binasa sebagaimana rosak binasanya orang yang sebelummu semua dahulu." Uqbah berkata: "Itulah yang terakhir sekali saya melihat Rasulullah s.a.w. berdiri di atas mimbar." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sayalah yang dahulu sekali meninggalkan engkau semua dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya saya dapat melihat pada Haudhku itu sekarang. Sesungguhnya saya juga dikurniai segala kunci per-bendaharaan bumi serta kunci-kunci kekayaan bumi. Demi Allah, tidak ada yang saya takutkan untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan berlaku musyrik sepeninggalanku nanti, tetapi saya takut kalau engkau semua sama berlumba-lumba mengejar keduniaan." Yang dimaksudkan dengan shalat kepada orang-orang yang mati dalam peperangan Uhud itu ialah berdoa, jadi bukan shalat sebagaimana yang dimaklumi itu.

1858. Dari Abu Zaid yaitu 'Amr bin Akhthab al-Anshari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersembahyang dengan kita semua iaitu shalat Subuh, lalu beliau naik mimbar, kemudian berkhutbah di hadapan kita, sehingga datanglah waktu Zuhur, terus turun dan bersembahyang. Selanjutnya beliau s.a.w. naik mimbar lagi terus berkhutbah sehingga datanglah waktunya shalat Asar, lalu turun dan bersembahyang. Sehabis itu beliau s.a.w. naik mimbar lagi sehingga terbenamlah matahari. Beliau s.a.w. memberitahukan kepada kita apa yang telah terjadi dan apa-apa yang bakal terjadi. Maka orang yang terpandai di antara kita - dengan ayat-ayat Allah, itu pulalah yang paling banyak hafalannya." (Riwayat Muslim)

1859. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang bernazar akan taat kepada Allah, maka wajiblah ia taat kepadaNya dan barangsiapa yang bernazar hendak bermaksiat kepada Allah, maka wajiblah ia tidak bermaksiat padaNya." (Riwayat Bukhari)

1860. Dari Ummu Syarik radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. memerintahnya supaya membunuh wazagh dan beliau s.a.w. bersabda: "Wazagh itu dahulu pernah meniup-niup api pada Ibrahim - supaya lebih menyala." (Muttafaq 'alaih) Erti wazagh lihat Hadis no. 1861.

1861. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian dan barangsiapa yang membunuhnya dalam pukulan kedua, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian, tetapi di bawah yang pertama. Kemudian kalau ia dapat membunuhnya dalam pukulan ketiga kalinya, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian." Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka dicatatlah untuknya seratus kebaikan dan dalam pukulan kedua di bawahnya itu dan dalam pukulan ketiga di bawahnya itu pula." (Riwayat Muslim)

Ahli lughah berkata: Erti wazagh ialah sejenis toke yang besar-besar. Jadi bukan cicak yang lazim ada di rumah itu.

1862. Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang lelaki berkata: "Nescayalah saya akan bersedekah dengan sesuatu sedekah." lapun keluarlah dengan membawa sedekahnya, lalu diletakkannya di tangan seorang pencuri. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang pencuri." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah segenap puji-pujian, nescayalah saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." la pun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang wanita penzina -pelacur. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang wanita penzina." Orang tadi berkata: "Ya Allah, segenap puji-pujian adalah bagiMu atas seseorang wanita penzina. Tetapi nescayalah saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." la pun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang kaya. Pagi-pagi orang-orang bercakap-cakap lagi: "Tadi malam itu disedekahkan kepada orang kaya." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah, segenap puji-pujian atas seorang pencuri, seorang pelacur dan seorang kaya." Kemudian didatangkanlah suatu impian padanya dan dikatakan kepadanya: "Adapun sedekahmu kepada pencuri itu, barangkali ia akan menahan dirinya dari pencurian, ada pun yang kepada wanita pelacur, maka barangkali ia menahan diri dari perzinaannya, sedang yang kepada orang kaya, maka barangkali ia dapat mengambil cermin teladan dengan perbuatanmu itu, lalu ia suka menafkahkan sebahagian dari apa-apa yang dikurniakan oleh Allah padanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaznya dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan huraian yang semakna dengan di atas itu

1863. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kita semua berada bersama Rasulullah s.a.w., lalu dihidangkanlah untuk beliau s.a.w. sebuah hasta dan ini memang sangat menyukakannya. Beliau s.a.w. menggigitnya sekali gigitan kemudian bersabda: "Saya adalah penghulu sekalian manusia besok pada hari kiamat, apakah engkau semua mengerti, apakah sebabnya demikian itu?" Allah akan mengumpulkan seluruh manusia yang dahulu-dahulu dan yang belakangan di suatu tanah, kemudian dilihat oleh orang yang melihat dan dapat memperdengarkan kepada orang-orang itu orang yang mengundang. Matahari dekat sekali dengan mereka itu. Sekalian manusia mendapatkan kesusahan dan keseng-saraan,sehingga dirasakannya tidak kuat lagi menahannya dan tidak tahan lagi terhadap penderitaan itu. Para manusia itu lalu berkata: "Adakah engkau semua tidak mengetahui, hingga bagaimanakah keadaan yang sama-sama engkau semua alami ini? Apakah engkau semua tidak memikirkan kepada siapakah yang kiranya dapat memberikan syafaat untukmu semua kepada Tuhanmu?" Setengah manusia ada yang berkata kepada yang lainnya: Abukum Adam yakni ayo menuju ke bapakmu semua iaitu Nabi Adam. Para manusia lalu mendatangi Nabi Adam, kemudian berkata: "Wahai Nabi Adam, anda itu adalah bapa dari seluruh manusia.

Allah telah menciptakan bapa  dengan tangan kekuasaanNya. Allah telah meniupkan dalam tubuh bapa dengan ruhNya. Allah juga memerintah kepada para malaikat untuk menghormat kepada bapa, mereka lalu bersujud - menghormat - bapa dan memberikan tempat syurga kepada bapa. Sudilah kiranya bapa memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan. Adakah bapa tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini dan hingga bagaimanakah kesengsaraan kita semua ini?" Nabi Adam lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Allah sudah melarang kepadaku akan suatu pohon, tetapi kulanggarlah larangan itu. Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu selamat. Silakan pergi saja kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh. Para manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata: "Wahai Nabi Nuh, anda adalah pertama-tama Rasul yang ada di atas permukaan bumi. Allah telah memberikan nama kepada anda dengan sebutan "Hamba yang sangat banyak bersyukurnya." Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini? Adakah anda tidak mengetahui hingga bagaimana kesengsaraan kita ini? Sudilah kiranya anda memberikan pertolongan untuk kita semua dari Tuhan anda."

Nabi Nuh lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saja aku ini memiliki suatu doa mustajab, kemudian kupakai untuk mendoakan kerosakan bagi kaumku - yakni dengan adanya siksa berupa banjir sedunia. Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Ibrahim. Para manusia lalu mendatangi Nabi Ibrahim, kemudian berkata: "Wahai Nabi Ibrahim, anda itu adalah Nabinya Allah, juga sebagai kekasihnya dari golongan penghuni bumi. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan anda. Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami sekarang ini." Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini sudah pernah berdusta sampai tiga kali banyaknya.* Diriku, diriku, diriku sendiri – belum tentu selamat.

Pergilah kepada orang selain aku, pergilah kepada Nabi Musa." Para manusia lalu mendatangi Nabi Musa, kemudian berkata: "Wahai Nabi Musa, anda itu adalah utusan Allah. Allah telah mengurniakan keutamaan kepada anda dengan risalah dan firman-Nya melebihi orang-orang lain. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan anda. Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?" Nabi Musa menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini pernah membunuh seorang manusia yang saya tidak diperintah untuk membunuhnya.

Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Isa." Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa, lalu berkata: "Wahai Nabi Isa, anda itu adalah utusan Allah dan kalimatnya disampaikan kepada Maryam dan anda itu pun ruh dari Allah. Anda telah memberikan sabda kepada orang banyak ketika masih dalam buaian. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan anda. Apakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?" Nabi Isa lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini dan belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini." Nabi Isa tidak menyebutkan sesuatu dosa yang pernah dibuatnya. Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu selamat. Pergilah engkau semua kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Muhammad. Para manusia terus pergi mendatangi Muhammad s.a.w. – di dalam riwayat lain diterangkan: Para manusia lalu mendatangi aku, kemudian berkata: "Wahai Nabi Muhammad, anda itu adalah pesuruh Allah dan penutup sekalian Nabi. Allah sungguh-sungguh telah mengurniakan pengampunan kepada dosa-dosa anda yang sudah-sudah dan yang akan datang. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita kepada Tuhan anda. Adakah anda belum mengetahui keadaan yang sedang kita alami sekarang ini?" Saya pun lalu berangkat sampai datang di bawah 'arasy, selanjut-nya saya pun bersujudlah kepada Tuhanku.

Di kala itu Allah membukakan padaku dari puji-pujianNya serta keindahan penghargaan pujian terhadap hadhiratNya. Yang sedemikian ini adalah suatu keadaan yang belum pernah dibukakan oleh Allah kepada siapapun sebelum ini. Selanjutnya lalu dikatakan: "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan dan pasti akan dikabulkan permohonanmu itu. Mintalah untuk dapat memberikan syafaat dan pasti engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat itu." Selanjutnya saya lalu mengangkat kepalaku, kemudian memohonkan: "Ummat hamba, ya Tuhan; ummat hamba, ya Tuhan; ummat hamba, ya Tuhan." Setelah itu lalu diucapkan: "Hai Muhammad, masukkanlah orang-orang yang tidak diperlukan untuk dihisab lagi dari ummatmu itu dari pintu sebelah kanan. Orang-orang itu pun juga sebagai kawan-kawan para manusia yang akan masuk dari pintu selain pintu kanan." Nabi s.a.w. meneruskan sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku dalam tanganNya - kekuasaanNya, sesungguhnya jauh jaraknya antara dua lipatan pintu dari semua lipatan-lipatan pintu-pintu syurga itu adalah sama jauhnya dengan jarak antara Makkah dan Hajar, atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra." (Muttafaq 'alaih) *

Perihal dustanya Nabiullah Ibrahim a.s. sebagaimana yang dikatakannya sendiri ada tiga kali banyaknya itu, ceriteranya adalah sebagai berikut:

1. Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata kepada ayahnya: Inni saqim - Saya ini sakit, padahal sebenarnya tidak, tetapi ini terpaksa harus beliau a.s. katakan, kerana beliau a.s. itu diajak menyembah sesuatu yang selain Allah Ta'ala yakni berhala, bersama- sama dengan Raja Namrudz.

2.Nabi Ibrahim a.s. merosak dan memukuli berhala-berhala yang dipuja serta disembah oleh Raja Namrudz yang musyrik itu, sampai rosak binasa seluruhnya dan ditinggalkan sebuah saja, yakni yang terbesar sekali. Ketika masyarakat menjadi ramai dan memperkatakan bahawa beliau a.s. yang berbuat kerosakan itu, lalu beliau a.s. ditanya oleh Raja Namrudz, benarkah beliau a.s. yang merosak. Beliau a.s. menjawab: Bal fa'alahu kabiruhum hadza - yang membuat kerosakan ialah berhala yang besar sendiri itu, padahal sebenarnya memang beliau a.s. itulah yang mengerjakan kerosakan tadi.

3. Pada suatu hari Nabiullah Ibrahim a.s. sedang berpergian dengan isterinya yang bernama Sarah, sehingga akhirnya datanglah di suatu negeri yang rajanya itu amat suka sekali kepada golongan kaum wanita yang cantik secara berlebih-lebihan. Hampir setiap melihat wanita elok, pasti dipinang untuk dijadikan isterinya dan wanita itu pun wajib suka dan tunduk kepada kehendaknya. Demi beliau a.s. bertemu dengan raja itu, lalu ditanya, siapakah wanita yang menyertainya itu. Sudah pastilah beliau a.s. akan disiksa atau mungkin juga akan dibunuh, sekiranya mengatakan yang sebenarnya yakni bahawa Sarah itu betul-betul isterinya. Oleh sebab itu beliau a.s. berkata, demi untuk melindungi diri dan keselamatan jiwanya: Ukhti - saudariku.

Padahal sebenarnya adalah isterinya dan bukan saudarinya. Ceritera mengenai bab ini masih panjang lanjutannya, tetapi oleh sebab buku ini disusun bukan untuk maksud ini, sebaiknya diringkaskan sampai di sini saja.

1864. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibrahim a.s. datang - di Makkah yang dulu disebut Faran -dengan membawa ibunya Ismail - yakni Hajar - serta anaknya lelaki yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim a.s. menempatkan isterinya itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada di sebelah atas Zamzam iaitu di Masjidul Haram yang sebelah atas sendiri. Di Makkah pada saat itu belum ada seorang pun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim a.s. menempatkan isteri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah - dari kulit - berisi kurma dan sebuah tempat air yang berisi air. Ibrahim a.s. lalu membelakang - yakni meninggalkan Hajar dan Ismail - terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: "Ke manakah anda hendak pergi dan mengapa anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seseorang pun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apa pun?" Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. sama sekali tidak menoleh kepada-nya.

Kemudian Hajar berkata: "Adakah Allah yang memerintahkan anda berbuat semacam ini?" Ibrahim a.s. menjawab: "Ya." Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita." Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah - di daerah Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka - yakni Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah, terus berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau a.s. mengangkatkan kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran, yang ertinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," sampai pada: "semoga mereka itu bersyukur." Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan ia pun haus, juga anaknya pun haus pula.

Ibu itu melihat anaknya bergulung-gulung di tanah, atau katanya: bergelut dengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, lalu ibunya itu ber-angkat kerana tidak tahan melihat keadaan anaknya semacam itu. Hajar melihat sekelilingnya dan nampaklah olehnya bahawa Shafa adalah sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, ia pun lalu menuju ke puncak gunung ini dan berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah, melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat seseorang manusia, tetapi tidak ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, ia pun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya seseorang yang sedang dalam kesukaran - yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada seseorang manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah."

Ibnu Abbas berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Oleh sebab itu para manusia - dalam mengerjakan ibadat haji meneladani kelakuan Hajar tersebut, bersa'i - yakni berlari-lari kecil - antara Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, tetapi hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya. Ibnu Abbas melanjutkan keterangannya: "Setelah ia berada di atas Marwah - yakni tujuh perjalanan yang terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang dimaksudkan ialah kepada dirinya sendiri - yang disuruh diam untuk memperhatikan suara apa itu.

Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi dapat di-dengarnya suara tersebut. Ia pun terus berkata: "Anda telah memperdengarkan suara kepada saya, maka segerakanlah memberikan pertolongan kepada kita, jikalau memang sengaja akan memberikan pertolongan." Tiba-tiba di situ nampaklah oleh Hajar ada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam - yang di waktu itu belum keluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja membuat tempat air itu bagaikan bentuk danau - yang dibulatkan - dan dengan tangannya ia mengerjakan itu sedang mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang saya harapkan." Hajar menceduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terus menyumber dengan derasnya setelah diceduk olehnya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dengan sekedar cedukan yang dilakukan oleh Hajar." Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan kerahmatanNya kepada ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu - yakni tidak diceduk-nya, nescaya akan meluap airnya ke seluruh bumi." Atau sabdanya: "Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, nescayalah zamzam itu akan merupakan mata air yang dapat mengalir hebat - yakni dapat memenuhi seluruh permukaan bumi." Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibu Ismail lalu minum dan dapat lagi menyusui anaknya." Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah anda takut akan binasa di sini, sebab di sini nanti akan didirikanlah sebuah Rumah Allah -yakni Baitullah iaitu Ka'bah. Yang mendirikan ialah anak ini beserta ayahnya.

Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti kepada Allah - yang tentu menginginkan berziarah ke Baitullah ini." Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah tinggi, yang akan didatangi oleh beberapa banjir, lalu merosak sebahagian kanan dan sebahagian kirinya. Demikianlah keadaan Hajar dengan anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang datang itu adalah sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu tempat dari jalan Kada'. Mereka turun -yakni berhenti - di bahagian bawah kota Makkah. Mereka melihat ada burung sedang terbang seolah-olah mengelilingi air.

Kata mereka: "Burung ini pastilah terbang mengelilingi suatu mata air. Nescayalah tempat keamanan kita adalah di lembah ini, sebab ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah seseorang atau dua orang utusan yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut dan mereka benar-benar dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua datang mendekati dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata: "Apakah anda suka mengizinkan kita kalau berdiam saja di sisi anda di sini?" la menjawab: "Baiklah, tetapi sama sekali engkau semua tidak ada hak atas air ini." Mereka berkata: "Baiklah." Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali dalam hati ibu Ismail, kerana sebenarnya ia senang untuk berkawan.

Orang-orang Jurhum itu menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ dan akhirnya semuanya pun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu banyak yang ahli dalam ilmu persyairan - yakni puisi dan kesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar -yakni Ismail - makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak ini menimbulkan kegembiraan serta membuat mereka menjadi takjub setelah ia tumbuh sebagai seorang pemuda. Setelah Ismail cukup dewasa, mereka mengahwinkannya dengan seseorang wanita dari suku Jurhum itu.

Sementara itu ibu Ismail -yakni Hajar - wafatlah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Ibrahim a.s. datang - di Makkah - setelah Ismail sudah kahwin. la mengamat-amati apa-apa yang terjadi dalam rumah setelah ditinggal pergi oleh Ismail, kerana Ibrahim tidak dapat berjumpa dengan anaknya itu. Ibrahim bertanya kepada isterinya, ke mana perginya, lalu dijawab: "la keluar mencari sesuatu untuk kami." Dalam riwayat lain disebutkan: "Keluar untuk berburu guna kepentingan kami." Kemudian Ibrahim menanyakan kepada isteri-nya perihal kehidupan mereka serumahtangga dan keadaan sehari-harinya. Isterinya menjawab: "Nasib kita buruk sekali, yakni dalam keadaan serba sukar dan penuh kesengsaraan." Wanita itu me-ngadukan halnya kepada mertuanya tadi.

Ibrahim lalu berkata: "Nanti jikalau suamimu telah datang, maka sampaikanlah ucapan salam daripadaku dan katakanlah padanya, supaya ia mengubah bandul pintunya - ini adalah kiasan daripada seseorang isteri. Setelah Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu fikirannya, lalu ia berkata: "Apakah ada seseorang yang tadi datang di tempat ini?" Isterinya menjawab: "Ya. Kita didatangi oleh seorang tua yang sifatnya demikian, demikian, ia pun bertanya kepada kami perihal diri anda, lalu saya beritahukan yang sebenarnya. Selanjutnya ia bertanya lagi kepada saya, bagaimanakah perihal kehidupan kita.

Saya memberitahukan padanya bahawasanya kita hidup dalam keadaan penuh kesengsaraan dan kesukaran. Ismail bertanya: "Apakah orang tua itu tidak memesankan sesuatu padamu?" Isterinya menjawab: "Ya, orang tua itu menyuruh saya supaya saya sampaikan ucapan salamnya kepada anda dan berkata -dalam pesannya: "Ubahlah bandul pintumu." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan beliau telah memerintahkan kepada saya supaya saya menceraikan engkau. Maka itu temui kembalilah keluargamu." Ismail menceraikan isterinya itu, kemu-dian kahwin lagi dengan seorang perempuan lain.

Ibrahim tetap meninggalkan mereka itu dalam waktu yang di kehendaki oleh Allah, kemudian mendatangi mereka lagi sesudah itu, tetapi kali ini pun ia tidak menemukan anaknya. la masuk rumahnya dan ditemui oleh isterinya, lalu menanyakan kepada isterinya itu perihal Ismail, la berkata: "la sedang keluar untuk mencari rezeki guna kita semua." Ibrahim bertanya: "Bagaimana-kah keadaan penghidupanmu semua." la menanyakan perihal kehidupan serta keadaan sehari-hari yang mereka alami. Isterinya menjawab: "Kita semua dalam keadaan baik dan rezeki yang cukup luas." Wanita ini pun banyak memuji kepada Allah atas segala kenikmatan yang diberikan olehNya. Ibrahim bertanya: "Apakah yang engkau semua makan." Isterinya menjawab: "Daging." Tanya-nya lagi: "Apakah yang engkau semua minum?" la menjawab: "air." Ibrahim berdoa: "Ya Allah, berilah keberkahan kepada mereka ini dalam makanan dagingnya dan minuman airnya." Seterusnya Nabi s.a.w. bersabda: "Di kalangan mereka - penduduk Makkah - di waktu itu tidak ada biji-bijian, andaikata ini ada, tentulah Ibrahim juga mendoakan keberkahan biji-bijian itu untuk mereka." Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Maka tidak seorang pun yang tidak mencampurkan daging dan air itu dalam makanannya untuk selain di Makkah, melainkan keduanya itu tidak akan mencocokinya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ibrahim datang, lalu berkata: "Manakah Ismail?" Isterinya menjawab: "la pergi untuk berburu." Isterinya berkata: "Tidakkah bapa suka singgah dulu di sini untuk makan dan minum?" Ibrahim bertanya: "Apakah makananmu dan apakah minumanmu?" la menjawab: "Makanan kita adalah daging dan minuman kita adalah air." Ibrahim lalu berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada mereka akan makanan serta minuman mereka." Ibnu Abbas berkata: "Abul Qasim - iaitu Nabi Muhammad s.a.w. - bersabda: "Itulah dengan sebab berkah doanya Ibrahim a.s." Ibrahim berkata: "Jikalau suamimu datang maka sampaikanlah ucapan salamku padanya dan perintahkanlah padanya supaya di-tetapkan saja bandul pintunya." Setelah Ismail datang, ia berkata: "Apakah ada seseorang yang datang di tempatmu ini?" Isterinya menjawab: "Ya, ada seorang tua yang baik sekali keadaan pakaian-nya." Wanita itu banyak mengeluarkan pujian pada orang tua tersebut. Selanjutnya ia berkata: "la bertanya kepadaku tentang hal-ehwal diri anda.

Kemudian saya beritahukan hal itu kepadanya. Lalu bertanya: "Bagaimanakah keadaan hidup kita, lalu saya memberitahukan bahawasanya kita dalam keadaan baik-baik saja." Ismail bertanya: "Apakah orang tua tadi memesan sesuatu padamu?" la menjawab: "Ya, ia menyampaikan ucapan salam pada anda dan memerintahkan kepada anda supaya anda menetapkan bandul rumahnya." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan yang dimaksudkan bandul pintu adalah engkau. Jadi ia menyuruh kepada saya supaya tetap memegangmu sebagai isteri." Ibrahim berdiam meninggalkan mereka selama waktu yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala, kemudian datang pulalah sesudah itu.

Di waktu kedatangan Ibrahim itu, Ismail sedang meraut sebuah anak panah yang sedang dibuatnya, iaitu di bawah sebuah pohon besar di dekat sumur zamzam. Setelah dilihatnya, ia pun berdirilah menyongsongnya, kemudian keduanya berbuat sebagaimana seorang ayah terhadap anaknya dan sebagai anak terhadap ayahnya. Sehabis itu Ibrahim berkata: "Hai Ismail, sesungguhnya Allah menyuruh kepadaku akan sesuatu perkara." Ismail berkata: "Kalau begitu, lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepada bapa itu!" Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan memberikan pertolongan padaku untuk itu?" la menjawab: "Ya, saya akan menolong bapa."

Ibrahim berkata lagi: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku, supaya saya mendirikan sebuah rumah -yakni bait-di sana itu." Ibrahim menunjuk pada suatu bidang tanah yang tinggi. Di atas sekitar tanah itulah rumah itu didirikan. Pada waktu itu ia meninggikan paksi bait tersebut. Jadi Ismail yang datang dengan membawakan batunya, sedang Ibrahim yang mendirikannya. Sehingga setelah bangunan itu telah tinggi, datanglah beliau dengan membawa batu ini - yakni almaqam, lalu batu itu diletakkan. Ibrahim berdiri di atasnya dan beliau sedang mendirikan bait dan Ismail memberikan batunya, keduanya sambil mengucap-kan: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami'ul 'alim ertinya: Ya Allah, terimalah amalan kita ini, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui. Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Ibrahim keluar dengan membawa Ismail dan ibu Ismail - yakni Hajar.

Beserta mereka adalah sebuah tempat untuk isi air. Ibu Ismail minum dari wadah air itu lalu meluaplah air susunya untuk diberikan kepada bayinya itu, sehingga datanglah di Makkah. Ibrahim meletakkan isterinya di bawah sebuah pohon besar. Selanjutnya Ibrahim pun pulanglah kembali ke tempat keluarganya di Syam. la diikuti oleh ibu Ismail, sehingga setelah mereka sampai di tanah Kada', isterinya memanggilnya dari belakang: "Hai Ibrahim, kepada siapakah kita ini anda serahkan, kalau anda meninggalkan kita." Ibrahim menjawab: "Kepada Allah." Isterinya berkata: "Kalau begitu saya redha dengan Allah, sebagai Zat yang diserahi." la lalu kembali dan masih terus dapat minum air dari wadah air yang di bawahnya tadi dan air susunya pun tetap meluap untuk diberikan kepada bayinya.

Kemudian setelah air itu habis, ia berkata: "Andaikata saya pergi ke situ, lalu saya melihat-lihat ke sana ke mari, barangkali ada seseorang yang dapat saya temukan." Ibnu Abbas berkata: "Hajar lalu pergi menaiki bukit Shafa, ia melihat ke sana ke mari dan terus memerhatikan, barangkali ia dapat menemukan seseorang, tetapi tidak seorang pun yang di temuinya. Setelah ia sampai di lembah dan berlari kecil serta mendatangi bukit Marwah, kemudian mengerjakan sedemikian itu pergi-balik sampai tiga kali, kemudian ia berkata: "Baiklah saya pergi menengok apa yang dilakukan oleh anak bayiku." Ia pun pergilah, lalu dilihatnya anak itu sedang dalam keadaannya yang amat berat seolah-olah ia merintih-rintih dengan suara keras lalu perlahan.

Hatinya tidak tenang, kemudian berkata: "Sebaiknya saya pergi lagi sekali, saya akan melihat ke sana ke mari, barangkali saya menemukan seseorang." la pergi lagi, kemudian naik bukit Shafa, terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak seorang pun yang dijumpai olehnya, sehingga lari kecilnya antara Shafa dan Marwah itu lengkap tujuh kali pergi-balik. la berkata pula: "Cubalah saya melihat apa yang dilakukan bayi itu." Tiba-tiba ia mendengar suatu suara, lalu ia berkata: "Tolonglah, jikalau anda mempunyai sesuatu kebaikan." Sekonyong-konyong Jibril a.s. nampak di situ, lalu ia berbuat sesuatu dengan kakinya dan berkata: "Nah, beginilah." Jibril a.s. memasukkan kakinya di bumi lalu memancarlah airnya. Ibu Ismail amat kehairanan menyaksikan itu, sehingga ia pun memenuhi kedua tapak tangannya dengan air dan dimasukkan dalam wadah airnya." Selanjutnya dihuraikanlah Hadis ini selengkapnya yang panjang. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan riwayat-riwayat ini seluruhnya.

Addawhah ialah pohon besar. Ucapannya: qaffa ertinya meninggalkan dan membelakangi.

Aljariyyu iaitu utusan, sedang alfa ialah menemukan. Ucapannya yansyaghu, iaitu merintih dengan suara keras dan perlahan.

1865. Dari Said bin Zaid r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.: Kam-ah - tanaman sebangsa manisan - getahnya cair semacam madu,* sedang airnya dapat digunakan sebagai ubat penyakit mata." (Muttafaq 'alaih)

Almannu dapat diertikan madu, iaitu sebangsa madu yang diberikan oleh Tuhan kepada kaum bani Israil, ketika mereka sedang kebingungan dalam padang pasir Tiih dulu. Tetapi dapat pula diertikan kurnia atau kenikmatan Tuhan. Jadi menurut erti kedua ini, maka makna Hadis di atas ialah: Kam-ah itu termasuk kenikmatan - yang dikurniakan oleh Allah pada para hambaNya - dan airnya dapat digunakan sebagai ubat penyakit mata." Wallahu a'lam



۞ BAB 371 ۞

Kitab Istighfar Mohon Pengampunan

 

Allah Ta'ala berfirman: "Dan mohonlah pengampunan - kepada Allah – kerana dosamu." (Muhammad: 19)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 106)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Maka mahasucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Tuhan itu adalah Maha Penerima taubat." (an-Nashr: 3)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Bagi orang-orang yang bertaqwa adalah beberapa syurga di sisi Tuhan mereka yang di bawahnya itu mengalirlah beberapa sungai," sampai pada firmanNya: "Dan orang-orang yang memohonkan pengampunan di waktu pagi." (ali-lmran: 15)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian memohonkan pengampunan kepada Allah, maka ia akan mendapatkan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 110)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Tidaklah Allah itu akan menyiksa mereka, selagi engkau -Muhammad - masih ada di kalangan mereka. Allah juga tidak akan menyiksa mereka, selagi mereka itu masih suka memohonkan pengampunan." (al-Anfal: 13)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan orang-orang yang apabila melakukan kejahatan atau mengianiaya dirinya sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah, kemudian memohonkan pengampunan kerana dosa-dosa mereka itu. Siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus mengulangi perbuatan yang jahat itu, sedang mereka mengetahui."' (ali-lmran: 135)

Ayat-ayat dalam bab ini banyak, lagi pula dapat dimaklumi.

1866. Dari al-Aghar al-Muzani r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja, nescayalah diterangi dengan cahaya dalam hatiku dan sesungguhnya saya itu nescayalah beristighfar - yakni memohonkan pengampunan kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari." (Riwayat Muslim)

1867. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini nescayalah beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam seharinya lebih dari tujuh puluh kali." (Riwayat Bukhari)

1868. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tidak melakukan apa-apa yang berdosa nescayalah Allah Ta'ala melenyapkan engkau semua dan nescayalah akan mendatangkan lagi sesuatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka itu beristighfar kepada Allah, kemudian Allah memberikan pengampunan kepada mereka itu." (Riwayat Muslim)

1869. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua pernah menghitung Rasulullah s.a.w. dalam sekali majlis mengucapkan istighfar sebanyak seratus kali, iaitu: Rabbighfir li wtub 'alayya, innaka antat tawwabur rahim." Ertinya: Ya Tuhan, ampunilah saya serta terimalah taubat saya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat lagi Penyayang. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

1870. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tetap secara langsung beristighfar kepada Allah, maka Allah menjadikan untuknya suatu jalan keluar dari setiap kesempitan - atau kesukaran - yang ditemuinya, juga diberi kelapangan dari setiap kesusahan yang dirasakannya, serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak pernah dikira-kira olehnya." (Riwayat Abu Dawud)

1871. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: Astaghfirullahal-ladzi lailaha illa huwal hayyal qayyuma wa atubu ilaih - ertinya: Saya beristighfar kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan saya bertaubat kepadaNya, maka diampunkanlah semua dosanya sekalipun ia benar-benar pernah melarikan diri dari barisan yang sedang berperang." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud, Termidzi dan Hakim dan Hakim berkata bahawa ini adalah Hadis menurut syarat Imam-imam Bukhari dan Muslim.

1872. Dari Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Penghulu semua bacaan istighfar itu ialah apabila seseorang hamba mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku. Saya menetapi perjanjian dan ketentuan yang saya ikrarkan kepadaMu - yakni berupa kebaktian, keimanan dan keikhlasan, sedapat yang saya lakukan. Saya mohon perlindungan kepadaMu daripada keburukannya apa yang saya lakukan. Saya mengakui akan kenikmatan yang Engkau limpahkan pada diriku dan saya mengakui pula akan dosaku. Maka dari itu, berilah pengampunan padaku, karena sesungguhnya saja tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa kecuali Engkau sendiri. Barangsiapa yang mengucapkan istighfar di atas itu pada waktu siang dengan penuh kepercayaan akan isi kandungannya, kemudian meninggal dunia pada harinya itu sebelum petang harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga. Selanjutnya barangsiapa yang mengucapkannya di waktu malam dan ia mempunyai kepercayaan penuh akan isi kandungannya, lalu meninggal dunia sebelum pagi harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga." (Riwayat Bukhari)

Abu-u dengan ba' yang didhammahkan, kemudian waw dan hamzah mamdudah, ertinya ialah mengikrarkan serta mengakui.

1873. Dari Tsauban r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalatnya lalu beristighfar kepada Allah tiga kali dan selanjutnya mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, Engkau adalah Maha Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan. Maha Suci Engkau, hai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Kepada al-Auza'i iaitu salah seorang yang meriwayatkan Hadis ini, ditanyakan: "Bagaimanakah ucapan istighfar itu?" la menjawab: "Iaitu mengucapkan Astaghfirullah, astaghfirullah. (Riwayat Muslim)

1874. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, iaitu - yang ertinya: "Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya. Saya beristighfar kepada Allah serta bertaubat kepadaNya. (Muttafaq ‘alaih)

1875. Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi: "Hai anak Adam -yakni manusia, sesungguhnya engkau itu, selama masih suka berdoa dan berharap kepadaKu, pastilah Aku mengampuni engkau semua atas dosa apa saja yang ada pada dirimu dan Aku tidak memperdulikan banyaknya. Hai anak Adam, jikalau dosa-dosamu itu sampai mencapai mega di langit, kemudian engkau beristighfar kepadaKu pastilah Aku mengampuni engkau dan Aku tidak memperdulikan banyaknya. Hai anak Adam, sesungguhnya engkau itu, jikalau datang kepadaKu dengan membawa berbagai kesalahan hampir sepenuh isi bumi, kemudian engkau menemui Aku, asalkan engkau tidak menyekutukan sesuatu dengan Aku, nescayalah Aku akan datang kepadamu dengan pengampunan hampir sepenuh isi bumi itu pula." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

 'Ananus sama' dengan fathahnya 'ain, ada yang mengatakan ertinya itu ialah mega atau awan, juga ada yang mengatakan, ertinya ialah apa-apa yang nampak padamu dari mega itu Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf, ada yang meriwayatkan dengan kasrahnya qaf, tetapi dengan dhammah adalah lebih tersohor, ertinya ialah apa-apa yang hampir memenuhi bumi.

1876. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Hai semua golongan kaum wanita, bersedekahlah engkau semua dan perbanyakkanlah beristighfar, sebab sesungguhnya saya melihat bahawa engkau semua itu adalah sebanyak-banyaknya ahli neraka." Kemudian ada seorang wanita dari yang hadhir di waktu itu berkata: "Mengapa kita kaum wanita merupakan jumlah terbanyak dari para ahli neraka?" Beliau s.a.w. menjawab: "Engkau semua itu suka memperbanyakkan melaknat serta menutupi kebaikan suami. Saya tidak melihat orang-orang yang kurang akal dan agamanya di kalangan makhluk yang berakal yang lebih ghalib - yakni lebih banyak - daripada engkau semua itu." Wanita tadi berkata lagi: "Apakah kekurangan akal dan agama kita?" Beliau s.a.w. menjawab: "Persaksian dua orang perempuan adalah sama nilainya dengan persaksian seorang lelaki - inilah satu tanda kekurangan akalnya - dan pula wanita itu diam berhari-hari tanpa melakukan shalat - sebab haidh, nifas dan sebagainya dan inilah tanda kekurangan agamanya." (Riwayat Muslim)



۞ BAB 372 ۞

Huraian Perihal Apa-apa Yang Disediakan Oleh Allah Ta'ala Untuk Kaum Mukminin Di Dalam Syurga

 

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa akan berdiam di dalam beberapa syurga yang di tengahnya ada beberapa mata air yang memancar. Masuklah engkau semua ke dalamnya dengan selamat serta aman sentosa. Dan Kami hilangkan rasa kedengkian yang ada di dalam hati mereka, sehingga mereka menjadi sebagai saudaran-saudara, saling berhadap-hadapan di atas ranjang. Mereka tidak pernah disentuh oleh keletihan dalam syurga itu dan mereka tidak akan dikeluarkan dari sana." (al-Hijr: 45-48)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai hamba-hambaKu, pada hari ini engkau semua tidak perlu merasa takut dan tidak perlu pula berhati susah. Iaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka adalah pemeluk-pemeluk Agama Islam. Masuklah engkau semua dalam syurga, juga isteri-isterimu dengan perasaan gembira. Kepada mereka diedarkanlah piring-piring dari emas, demikian pula gelas-gelasnya. Di situ terdapatlah semua yang diinginkan oleh jiwa dan yang sedap dipandang mata dan engkau semua kekal di dalamnya. Itulah syurga yang diwariskan kepadamu semua dengan sebab amalan kebaikan yang telah engkau semua lakukan. Di situ engkau semua akan memperoleh buah-buahan yang banyak sekali, sebahagian daripada buah-buahan itu engkau semua akan memakannya." (az-Zukhruf: 68-73)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan berdiam di tempat yang aman sentosa - yakni syurga. Mereka mengenakan sutera halus dan sutera berkembang, sambil duduk berhadap-hadapan. Demikianlah hal-ihwal para ahli syurga itu. Mereka juga Kami kahwinkan dengan bidadari-bidadari yang jelita matanya. Di situ mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan sentosa. Di situ mereka tidak akan merasakan kematian lagi, selain kematian yang pertama - ketika di dunia dulu. Allah melindungi mereka dari siksa neraka jahim. Sebagai kurnia dari Tuhanmu. Yang sedemikian itu adalah suatu kebahagiaan yang agung sekali." (ad-Dukhan: 51-57)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaktian - kepada Allah - Itu nescayalah memperolehi kenikmatan. Di atas sofa mereka memandang. Engkau dapat mengenal cahaya kenikmatan tadi pada wajah-wajah mereka. Mereka diberi minum dari minuman yang ditutup rapat. Tutupnya adalah minyak kasturi dan untuk memperoleh itu hendaklah berlumba-lumba orang-orang yang mahu berlumba-lumba. Adapun campurannya adalah dari tasnim. Iaitu merupakan sebuah mata air yang dengan minuman inilah orang-orang yang dekat - kepada Allah akan dapat meminumnya." (al-Muthaffifin: 22-28)

Ayat dalam bab ini masih banyak lagi dan dapat dimaklumi.

1877. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dalam syurga itu para ahli syurga sama makan dan minum, tetapi mereka itu tidak membuang air besar, tidak berhingus dan tidak pula membuang air kecil, tetapi makanan yang sedemikian itu dapat pula keluar sendawa dan sebagaimana keringat yang keluar dari tubuhnya itu adalah berbau minyak kasturi. Mereka diilhami untuk terus bertasbih serta bertakbir - kepada Allah - sebagaimana juga dikurniainya pernafasan tanpa kesukaran dalam kesemuanya itu." (Riwayat Muslim)

1878. Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Aku menyediakan untuk hamba-hambaKu yang shalih pahala yang tidak pernah ada mata melihatnya, tidak pernah ada telinga mendengarnya, juga tidak ada lintasan dalam hati seseorang manusia pun. Bacalah olehmu semua sekehendakmu - ayat yang ertinya: "Maka tiada seorang-pun yang dapat mengetahui pahala yang disembunyikan untuk mereka yang berupa apa-apa yang menyenangkan mata." (as-Sajdah:17) (Muttafaq'alaih)

1879. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pertama kali kelompok yang memasuki syurga itu adalah bagaikan rupa bulan purnama - yakni ketika tanggal empat belas -kemudian orang-orang yang masuk di belakang mereka itu adalah sebagai bintang di langit yang terterang cahayanya. Mereka itu di dalam syurga tidak akan mengeluarkan kotoran, kecil atau besar juga tidak pernah berludah dan berhingus. Sisirnya adalah terbuat dari emas sedang keringatnya adalah bagaikan minyak kasturi dan perapiannya adalah aluwwah iaitu kayu harum. Isteri-isteri mereka adalah bidadari-bidadari yang jelita matanya. Mereka itu dititahkan sebagai seorang lelaki yang sama, sebagaimana rupa ayah mereka yakni Nabi Adam, tingginya ada enam puluh hasta ke langit - yakni ke atasnya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Di dalam syurga wadah-wadah yang dipergunakan oleh mereka - yakni para ahli syurga - adalah terbuat dari emas, keringat mereka adalah bagaikan minyak kasturi. Tiap seseorang dari semua ahli syurga itu mempunyai dua orang isteri yang sumsum betisnya itu dapat dilihat dari balik daging kerana indahnya, tiada perbezaan antara para ahli syurga itu dan tiada pula rasa saling benci-membenci. Hati mereka adalah bagaikan hati satu orang lelaki. Mereka sama memaha-sucikan Allah pada waktu pagi dan petang." Sabdanya: 'ala khalqi rajulin, oleh sebahagian alim-ulama diriwayatkan dengan fathahnya kha'dan sukunnya lam - lalu berbunyi khalqi, ertinya kejadian atau bentuk rupa - dan sebahagian mereka meriwayatkan dengan dhammahnya kha' dan lam - lalu berbunyi khuluqi, ertinya budipekerti - dan keduanya itu benar semua.

1880. Dari al-Mughirah bin Syu'bah dari Rasulullah s.a.w. sabdanya: "Musa bertanya kepada Tuhannya: "Bagaimanakah serendah-rendah tingkat ahli syurga itu?" Allah berfirman: "Iaitu seorang lelaki yang datang sesudah para ahli syurga dimasukkan dalam syurga. Kepadanya dikatakan: "Masuklah ke dalam syurga!" Orang itu berkata: "Ya Tuhanku, bagaimanakah saya dapat masuk, sedang orang-orang sudah sama menempati kediamannya sendiri-sendiri dan mereka telah pula mengambil bahagian yang ditentukan untuk mereka ambil - yang berupa kenikmatan-kenikmatan yang bermacam-macam." Kepadanya dikatakan lagi: "Adakah engkau redha kalau untukmu diberikan bahagian seperti kerajaan seseorang raja dari sekian banyak raja-raja di dunia?" la menjawab: "Saya redha." Allah lalu berfirman: "Engkau dapat memperolehi yang sedemikian dan lagi yang seperti itu, lagi yang seperti itu, juga yang seperti itu pula dan seperti itu pula." Untuk kelima kalinya ia berkata: "Saya redha ya Tuhanku." Allah berfirman pula: "Inilah untukmu dan ada sepuluh lagi yang seperti dengan ini. Untukmu juga segala sesuatu yang diinginkan oleh hatimu dan yang nyaman dipandang oleh matanya." Orang itu berkata: "Saya redha ya Tuhanku." Musa bertanya lagi: "Ya Tuhanku, bagaimanakah tingkat yang tertinggi bagi ahli syurga itu?" Allah berfirman: "Mereka itu adalah orang-orang yang Aku kehendaki. Aku tanamkan kekaramahan mereka dengan tangan kekuasaanKu dan Aku tutupkan atasnya -supaya tidak diketahui oleh siapa pun. Kerana itu, tiada mata yang pernah melihat, tiada telinga yang pernah mendengar dan tiada pernah terlintas dalam hati seseorang manusia pun."( Riwayat Muslim)

1881.Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Sesungguhnya saya nescayalah mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli syurga yang terakhir sekali masuknya dalam syurga. Iaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azza wa jalla berfirman padanya: "Pergilah - menjauhi dari neraka - dan masuklah dalam syurga." Orang itu mendatangi syurga kemudian nampak di matanya, seolah-olah syurga itu sudah penuh sesak. la kembali lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan syurga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azza wa jalla berfirman lagi padanya: "Pergilah dan masuklah dalam syurga." Sekali lagi ia mendatangi syurga itu dan nampak pula dalam pandangannya, seolah-olah syurga itu sudah penuh sesak. la kembali pula lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan syurga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azza wa jalla berfirman pula: "Pergilah, sesungguhnya untuk bahagianmu itu adalah seperti sedunia luasnya dengan tambahan sepuluh kali lagi yang seperti itu. Jadi untukmu adalah sepuluh kali seluas dunia." Orang itu berkata: "Adakah Tuhan mengejek padaku atau menertawakan diriku, sedangkan Tuhan adalah Maha Merajai." Ibnu Mas'ud berkata: "Sungguh-sungguh saya melihat Rasulullah s.a.w. ketawa, sehingga nampaklah gigi-gigi gerahamnya, kemudian beliau bersabda: "Yang sedemikian itu tingkat yang terendah sekali dari golongan para ahli syurga." (Muttafaq 'alaih)

1882. Dari Abu Musa r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya bagi seseorang mu'min dalam syurga itu adalah sebuah khemah yang terbuat dari mutiara yang utuh sebiji, berlubang tengah. Panjangnya ke langit - yakni ke atas tingginya - ada enam puluh mil. Bagi seseorang mu'min di dalamnya itu ada beberapa keluarga yang dikelilingi oleh orang mu'min tadi, tetapi antara yang seorang dengan yang lainnya - di kalangan keluarga atau isterinya-isterinya - tidak ada yang tahu-menahu - kerana sangat luasnya atau memang dibuat sedemikian rupa oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

Almilu, yakni semil itu ada enam ribu hasta

1883. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada sebuah pohon yang kalau dijalani oleh seseorang berkenderaan kuda pacuan yang terlatih - makanan serta kekuatan larinya dan Iain-Iain - lagi laju larinya, dalam waktu seratus tahun, tentu belum dapat menempuhnya - yakni belum lagi dapat sampai ke tempat permulaan berangkatnya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam kedua kitab shahih yakni Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., sabda Nabi s.a.w.: "Seseorang yang berkenderaan di bawah naungan pohon itu kalau berjalan selama seratus tahun, belum lagi dapat menempuhnya - yakni kembali ke tempat asal berangkatnya."

1884. Dari Abu Said al-Khudri r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya ahli syurga itu nescayalah dapat melihat penghuni-penghuni bilik-bilik yang ada di atas mereka, sebagaimana engkau semua melihat bintang yang cemerlang cahayanya yang berlalu di cakerawala dari arah timur ke arah barat, kerana adanya kelebihan keutamaan di antara mereka itu." Para sahabat bertanya: "Apakah itu kediaman-kediaman para Nabi yang tidak dapat dicapai oleh orang yang selain mereka itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Benar, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaannya, tetapi juga tempatnya orang-orang yang beriman kepada Allah serta percaya benar-benar kepada Rasul-rasul." (Muttafaq 'alaih)

1885. Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Nescayalah separuh dari panah yang ada di syurga itu adalah lebih baik daripada segala sesuatu yang matahari terbit serta terbenam padanya - yakni lebih baik daripada dunia dan seisinya." (Muttafaq 'alaih)

1886. Dari Anas r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada pasarnya, yang didatangi oleh para ahli syurga pada tiap hari Jum'at, lalu meniuplah angin utara- sebagai kiasan yang penuh kenyamanan dan keberkahan -kemudian mengenai wajah-wajah dan pakaian-pakaian mereka, sehingga mereka itu menjadi bertambah bagus dan elok. Selanjutnya kembalilah mereka ke tempat keluarga mereka dalam keadaan mereka telah bertambah bagus dan elok itu. Keluarga-keluarganya itu berkata kepada mereka: "Demi Allah, sungguh-sungguh anda sekalian telah bertambah bagus dan eloknya." Mereka lalu menjawab: "Engkau semua pun, demi Allah, benar-benar telah bertambah indah dan cantiknya." (Riwayat Muslim)

1887 Dari Sahl bin Sa'ad r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya para ahli syurga itu nescayalah dapat melihat bilik-biliknya sendiri yang ada di dalam syurga itu, sebagaimana engkau semua dapat melihat bintang di langit." (Muttafaq 'alaih)

1888. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. pula, katanya: "Saya menyaksikan dari Nabi s.a.w. akan suatu majlis yang di situ beliau s.a.w. menerangkan sifat syurga, sehingga selesai, kemudian dalam akhir pembicaraannya beliau s.a.w. bersabda: "Di dalam syurga itu adalah kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah ada mata yang melihatnya, tidak ada telinga yang pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas dalam hati seseorang pun." Selanjutnya beliau s.a.w. membacakan ayat - yang ertinya: "Lambung-lambung mereka menjauh dari tempat-tempat tidurnya -yakni orang-orang yang berbakti kepada Allah sama meninggalkan tidur," sehingga firmanNya: "Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahui pahala yang disembunyikan untuk mereka yang berupa apa-apa yang menyenangkan mata. (as-Sajdah: 17) (Riwayat Bukhari)

1889. Dari Abu Said bin Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila para ahli syurga sudah memasuki syurga, maka berserulah seseorang penyeru: "Sesungguhnya bagimu semua adalah dapat terus hidup, maka tidaklah engkau semua akan mati untuk selama-lamanya, engkau semua akan sihat terus, maka tidaklah engkau semua akan sakit untuk selama-lamanya, engkau semua akan tetap muda, maka tidaklah engkau semua menjadi tua untuk selama-lamanya, engkau semua akan terus memperoleh kenikmatan, maka tidaklah engkau akan memperoleh kesukaran untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)

1890. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya serendah-rendah tempat bagi seseorang di antara engkau semua di dalam syurga itu ialah bahawa kepadanya dikatakan: "Berharaplah untuk mendapatkan apa saja!" ia pun lalu mengharapkan memperoleh ini dan itu. Kepadanya dikatakan lagi: "Adakah engkau sudah habis yang diharap-harapkan?" la berkata: "Ya, sudah." Kemudian dikatakan lagi kepadanya: "Engkau akan memperoleh apa saja yang engkau harapkan dan yang seperti itu pula besertanya - yakni dikurnia lipat dua kali yang diinginkan tadi." (Riwayat Muslim)

1891. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman kepada ahli syurga: "Hai ahli syurga." Mereka berkata: "Labbaik, ya Tuhan, wa sa'daik. Segala kebaikan ada di dalam tangan kekuasaan Tuhan." Allah berfirman: "Adakah engkau semua sudah redha?" Mereka menjawab: "Bagaimana kita tidak akan merasa redha, ya Tuhan kita, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kita kurnia-kurunia yang tidak pernah Engkau berikan kepada seseorang pun dari makhluk Tuhan." Allah berfirman lagi: "Tidakkah engkau semua suka kalau Aku berikan yang lebih utama lagi dari yang sedemikian itu?" Mereka bertanya: "Apakah yang lebih utama dari yang sedemikian ini?" Allah kemudian berfirman: "Aku menempatkan keredhaanKu padamu semua maka Aku tidak akan bermurka padamu semua sesudah saat ini untuk selama-lamanya." (Muttafaq 'alaih)

1892. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Kita semua berada di sisi Rasulullah s.a.w. lalu beliau s.a.w. melihat bulan pada malam purnama - yakni tanggal empat belas - dan bersabda: "Engkau semua akan dapat melihat Tuhanmu semua dengan terang-terangan dapat dipandang mata, sebagaimana engkau semua melihat bulan ini. Tidak akan engkau semua mendapatkan kesukaran dalam melihatNya itu." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Tidak mendapatkan kesukaran untuk melihat Tuhan itu, misalnya untuk melihatNya haruslah berdesak-desakan atau sukar dilihatnya semacam ingin melihat bulan sabit yakni bulan tanggal satu atau pun kesukaran yang Iain-Iain.

1893. Dari Shuhaib r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau semua ahli syurga sudah memasuki syurga, lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Adakah sesuatu yang engkau semua inginkan supaya Aku dapat menambahkan kenikmatan itu padamu semua?" Mereka menjawab: "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kita - maksudnya menjadikan wajah-wajah itu bercahaya? Bukankah Engkau telah memasukkan kita dalam syurga dan menyelamatkan kita dari neraka?" Kemudian tersingkaplah tabir - yang menutupi Zat Allah Ta'ala. Maka tidak ada suatu kenikmatan yang diberikan kepada para ahli syurga itu yang lebih mereka sukai daripada melihat kepada Zatnya Tuhan mereka," - yakni dapat melihat wujudnya Allah Ta'ala dengan terang-terangan dapat disaksikan oleh mata.   (Riwayat Muslim)

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang baik, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka dengan sebab keimanan mereka itu, mengalirlah di bawah mereka itu beberapa sungai iaitu dalam syurga-syurga Na'im. Seruan mereka dalam syurga itu ialah: "Maha Suci Engkau, ya Allah," sedang salam penghormatan mereka di situ ialah: "Salam" dan akhir doa mereka ialah bahawa segenap puji-pujian itu adalah bagi Allah yang menguasai alam semesta ini." (Yunus: 9-10)

Segenap puji-pujian bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kita sekalian untuk perkara ini - yakni penyusunan kitab Riyadhus Shalihin dan termasuk pula penerjemahannya. Kita tidak akan memperolehi petunjuk apa-apa, andaikata Allah tidak memberikan petunjuk kepada kita. Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan kepada Nabi Muhammad, iaitu hamba dan Rasul Tuhan, seorang Nabi yang ummi - tidak pandai membaca dan menulis, juga kepada keluarga Nabi Muhammad, isteri-isteri serta seluruh keturunannya, sebagaimana Tuhan telah memberikan tambahan kerahmatan kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Nabi Ibrahim.

Berikanlah pula tambahan keberkahan kepada Nabi Muhammad, iaitu seorang Nabi yang ummi dan kepada keluarga Nabi Muhammad, isteri-isteri serta seluruh keturunannya, sebagaimana Tuhan telah memberikan tambahan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di dalam seluruh alam, sesungguhnya Tuhan adalah Maha Terpuji lagi Sempurna kemuliaannya.

Penyusun kitab Riyadhus Shalihin yakni Imam an-Nawawi r.a. berkata: "Saya telah selesai mengerjakannya pada hari Isnin tanggal empat bulan Ramadhan tahun 670 Hijriyah di Damsyik."

 

TAMMAT